Gen Z Diminta Kedepankan Adab Kesopanan Saat Gunakan Media Sosial

Wartawan Tribunnews.com Eric Sinaga melaporkan 

TRIBUNNEWS.COM, KUANTAN SINGINGI – Mayoritas pengguna digital (34,4 persen), generasi Z (lahir 1997-2012), kerap merasa minder atau risih di media sosial. 

Selain masih dalam proses pencarian jati diri, Gen Z juga masih dianggap labil sehingga mudah terpengaruh dengan apa yang dilihatnya di media sosial.

Fakhri, Kepala Pondok Pesantren dan Mahd Ali Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau, menyampaikan informasi tersebut pada Webinar Literasi Digital Bidang Pendidikan yang diselenggarakan Kementerian Perhubungan saat menjadi narasumber. dan Informasi (Kemkominfo) bersama Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau di Kabupaten Kuantan Singgi pada Rabu (25/9/2024). 

Fakhri mengatakan media sosial hendaknya digunakan dengan prinsip kesadaran, kejujuran, tanggung jawab, dan kebajikan yang terangkum dalam lingkup etika digital. Penerapan etika digital dapat mengurangi dampak negatif penggunaan media sosial.

“Pentingnya etika digital menjamin privasi online yang aman, memastikan data pribadi kita tetap aman dan terlindungi. Mencegah penyebaran informasi palsu (kebohongan) dan menjaga kesusilaan di dunia online,” kata Fakhri dalam diskusi virtual yang dipimpin fasilitator yoga. .

“Benarkah media sosial membuatmu insecure?” Dalam diskusi bertajuk itu, Fakhri meminta para siswa madrasah untuk mengedepankan etika dalam menggunakan media sosial.

“Kuncinya adalah mengarahkan niat, menebar kebaikan dan menghentikan kejahatan, tidak menyinggung dan tidak menebar kebencian,” tegasnya. 

“Selanjutnya manfaatkan waktu berinternet sebaik-baiknya, hindari bias dan prasangka, pelecehan, fitnah dan adu mulut,” pesan Fakhri kepada para siswa madrasah yang membentuk kelompok. . (nobar) sekolah masing-masing.

Dari sekian banyak Madrasah di Kabupaten Kuantan Singingi yang mengadakan sesi diskusi online kali ini adalah: MTs PP KH Ahmad Dahlan, MTsN 2, MTsN 3 dan MTsN 4 Kuantan Singingi, MTs Bahrum Ulum, MAN 1 dan MAN 2 Kuantan Singi, Lumbi – Salam Geringing Baru, MTs Nurul Islam Kampung Baru, MTs Baiturrahman, MTs Al Hidayah, dan MTs PP Sayafaturosul.

Di sisi lain, dosen Eko Pamuji dari Universitas Negeri Surabaya (UNESCA) menegaskan, selain norma di media sosial, ketidakamanan juga berujung pada banyak hal negatif di media sosial seperti cyberbullying, ujaran kebencian, dan informasi palsu (fraud). .

“Ujaran kebencian dan kebebasan berekspresi sudah menjadi fakta yang mewarnai kehidupan manusia. Sementara media sosial telah menjadi saluran komunikasi bagi setiap orang untuk mewujudkan keinginan kebebasan berekspresi, meski melalui cara-cara yang menyesatkan. Ayo, sopan santun di media sosial!” Zor eko pamuji.

Sementara itu, dosen universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya Meithiana Indrasari mengingatkan banyak bahaya yang mengancam media digital, seperti phishing dan scam.

Phishing, upaya memperoleh informasi mengenai data seseorang dengan menggunakan teknik phishing. Sedangkan scam adalah bentuk penipuan melalui telepon, email, pesan dengan tujuan umum mendapatkan uang dari korbannya, jelas Methiana Indrasari.

Sekadar informasi, webinar yang diselenggarakan di Kabupaten Kuantan Singgi ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD diselenggarakan sebagai upaya percepatan transformasi digital di bidang pendidikan bagi kelompok masyarakat menuju #MakinCakapDigital Indonesia. 

Sejak diluncurkan pada tahun 2017 hingga akhir tahun 2023, program ini tercatat telah diikuti oleh 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2024.

Keterampilan digital menjadi penting karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pada tahun 2024 pengguna Internet di Indonesia akan mencapai 221,5 juta orang dari total penduduk 278,7 juta jiwa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *