Gelar Profesor Sufmi Dasco Ahmad Jadi Sorotan, Haidar Alwi Ingatkan Uji Informasi dan Konfirmasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pendiri Haider Alwi Institute (HAI) R Haider Alwi mengecam podcast media nasional yang mempertanyakan legitimasi Wakil Ketua DPR Sufmi Dasko Ahmed, baik profesor atau profesor.

Hyder menjelaskan, podcast terkait menyebutkan kejanggalan di salah satu jurnal internasional Sufmi Dasco Ahmed sebagai syarat jabatan profesornya.

Jurnal Dasco Volume 27 Edisi 4 diterbitkan pada tahun 2020 oleh Eire Journal di Spanyol.

Sedangkan di situs resmi Eyre Journal, hanya tersedia volume 117, 118, 119 dan 120 untuk tahun 2020. Tidak ada pasal 27.

“Informasi harus dicek, diverifikasi, dan dikonfirmasi tentang perbedaan yang ditemukan. Seperti halnya saat menguji informasi majalah Reda Manthovani dan Siti Noor Aziza, media bisa menghubungi majalah di India dan Malaysia bahkan datang langsung ke Inggris. Kenapa tidak? Informasinya dari majalah Dasco juga sudah diuji. “Bagaimanapun bisa Email ke Eyre Journal atau datang langsung ke Spanyol,” jelas R Haider Alvi (8/7/2024).

Ia yakin, Jurnal Eyre 2020 Jilid 27 bukan sekadar gagasan Dasko yang ia ciptakan secara sadar semasa menjadi guru besar atau profesor.

Pasalnya R Haider Alvi menemukan setidaknya ada tujuh jurnal lain di Indonesia yang diklaim banyak peneliti di Jurnal Udara Volume 27 tahun 2020.

Haider mengingat kembali Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik, yang mengatur tentang pengujian informasi dan pemberitaan berimbang.

“Penting di sini untuk memeriksa, mengkonfirmasi, dan memverifikasi informasi agar kita tidak terburu-buru mengambil keputusan, apalagi penilaian yang dapat merugikan pihak lain.” Siapa tahu, kebijakan internal Eyre Journal mungkin bersifat disclaimer. Karena keterbatasan bahasa (Spanyol) dan tidak diketahui karena informasi yang tersedia,” pungkas R Haider Alvi.

Berikut tujuh jurnal penelitian lain asal Indonesia yang terbit pada Eire Journal Volume 27 tahun 2020:

1. Andhi Hermawan Bolifar dan Henry Dianto Pardamen Sinaga: Pengelolaan Barang Bukti Kejahatan Perpajakan di Indonesia: Pendekatan Kecerdasan Buatan pada Sistem Peradilan Pidana Terpadu, 143-158.

2. Sinaga HDP, Harmawan AW: Merekonstruksi Asas Terakhir Hukum Sanksi Administratif dalam Sosiologi Konstruksi – Menolak Pemeriksaan Pajak di Indonesia, 50-71.

3. Encup Supriatna, Irwandi, Avid Leonardo Sari: Kerentanan Masyarakat Indonesia dan Ketahanan Sosial dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, 19-29.

4. Dadang Suwanda: Tindakan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah, 34-81.

5. Dr. I Med Adnyana, S.E., M.M.: Pariwisata Sebagai Sektor Pendukung Utama Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia (Studi: Pariwisata Bali), 96-111.

6. A Wirawan H D P Sinaga, R N Pramugar: Reformasi Ketentuan Hukum Pidana Penerimaan Negara Bukan Pajak: Studi Kasus pada Sektor Pertambangan di Indonesia, 141-154.

7. Yana Sanden, Adi Fahrudin, Nunang Nurwat, Binahiti Rousid: Ketahanan Remaja Pekerja Migran dan Penguatan Sistem Dukungan Sosialnya: Pendekatan Pekerjaan Sosial, 227:238. Penerbit judul

Pemberian jabatan guru besar kepada seseorang yang berasal dari Indonesia diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2003. 20 tentang sistem pendidikan nasional.

Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa perguruan tinggi, institut, dan perguruan tinggi dapat mengangkat seseorang sebagai guru besar atau penjabat guru besar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 

Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi profesor.

Persyaratan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Aparatur Negara Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Jabatan Fungsional Dosen dan Dosen. skor.

Jika mengacu pada peraturan tersebut, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah memiliki gelar PhD (S3) atau yang setara.

Kedua, minimal tiga tahun setelah memperoleh gelar doktor (S3).

Ketiga, publikasi karya ilmiah pada jurnal internasional ternama. Keempat, memiliki pengalaman kerja minimal 10 tahun sebagai dosen.

Tanggung Jawab Guru Besar Berdasarkan Pasal 49 Undang-undang 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, beberapa tanggung jawab dan wewenang guru besar adalah sebagai berikut: 

1. Guru Besar adalah jabatan akademik tertinggi pada Departemen Pendidikan Tinggi yang mempunyai wewenang mengawasi mahasiswa program doktor.

2. Tugas khusus para profesor adalah menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarkan gagasannya untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

3. Guru besar yang mempunyai karya ilmiah atau karya penting lainnya yang mengkhususkan diri pada bidangnya dan mendapat pengakuan internasional dapat diangkat menjadi guru besar penuh.

4. Tindakan lebih lanjut mengenai penunjukan profesor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan normatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *