Gaza Krisis Pangan Akut, Warga Berebut Minum Air Limbah hingga Balita Terpaksa Puasa

TRIBUNNEWS.COM – Krisis pangan yang menyesakkan di Gaza, Palestina, memaksa banyak warganya meminum air limbah untuk bertahan hidup.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Hanan Balki, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kawasan Mediterania Timur.

Dalam laporan yang dikutip Al Mayadeen, banyak warga terpaksa meminum air limbah karena layanan kesehatan terkena dampak pendudukan Israel.

Selain itu, akses terhadap bantuan pangan semakin menyusut karena tentara Israel menutup koridor kemanusiaan di sepanjang perbatasan Rafah, sehingga memaksa pengungsi untuk memakan rumput liar.

Seorang pengungsi asal Gaza mengaku keluarganya harus makan rumput liar yang direbus dalam air tanpa nasi untuk bertahan hidup.

Selain itu, dampak krisis juga memaksa para pengungsi mengolah pakan ternak menjadi tepung untuk dimakan.

Mereka mulai mengolah pakan ternak menjadi makanan untuk mengurangi rasa lapar.

“Sekarang di Gaza mereka makan makanan hewani, makan rumput dan minum air limbah. Anak-anak hampir tidak bisa makan, banyak truk bantuan kemanusiaan terjebak di luar Rafah,” jelas Balki.

Situasi yang semakin mengkhawatirkan di Gaza membuat pengawas hak asasi manusia euroMED menggambarkan situasi tersebut sebagai “perang kelaparan”. Bayi dipaksa untuk berpuasa

Krisis pangan yang parah di Gaza menyebabkan banyak anak di bawah usia lima tahun di Gaza terpaksa hidup tanpa makanan setidaknya selama satu hari.

Menurut laporan Truthout, 30 anak meninggal karena kelaparan.

Hal ini telah dikonfirmasi oleh kelompok bantuan, dan survei yang dilakukan oleh kelompok bantuan kemanusiaan menunjukkan bahwa 85 persen anak di bawah usia lima tahun tidak menerima makanan setidaknya satu hari dari tiga hari.

“Empat dari lima anak di Gaza belum makan setidaknya sekali sehari dalam 72 jam terakhir. Anak-anak kelaparan,” kata juru bicara WHO Margaret Harris. WHO mendesak Israel membuka akses bantuan

Untuk menghindari krisis kelaparan yang semakin mengkhawatirkan, Balki meminta Israel untuk membuka akses ke Gaza agar lebih banyak bantuan dapat menjangkau masyarakat.

Dia mengkritik pasokan udara yang tidak efektif.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Tengah (UNRWA) juga telah meminta Israel untuk mengizinkan konvoi bantuan ke Gaza untuk menilai risiko kelaparan.

Lazzarini X menyampaikan seruan tersebut dalam sebuah postingan di platform media sosial.

Keesokan harinya, Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag memerintahkan Israel mengambil semua tindakan untuk menjamin bantuan dasar bagi warga Palestina di Jalur Gaza.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *