Gangguan Kesehatan yang Rentan Dialami Jemaah Haji dan Cara Mencegahnya 

Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Musim haji sepertinya belum akan segera tiba.

Selama menjalankan ibadah haji, jamaah harus memperhatikan kondisi fisiknya secara khusus. 

Sebab proses peribadatan di gereja memerlukan waktu yang lama. Belum lagi perbedaan iklim jamaah haji Indonesia. 

Dr. Ngabila Salama, Kepala Dinas Kesehatan RSUD Tamansari, mengatakan jemaah haji kerap menghadapi dua potensi masalah kesehatan. 

Pertama, kegiatan ibadah yang memakan waktu lama dan memerlukan tenaga fisik sehingga membuat jemaah mudah lelah dan kadar gula rendah (hipoglikemia).

Dalam konteks ini, ia juga mengimbau masyarakat untuk selalu membawa kurma dan manisan kemanapun mereka pergi. 

Gula pada kurma mudah dicerna dan dapat menyebabkan kadar gula darah cepat naik. 

“Jangan memaksakan diri atau memaksakan diri melakukan aktivitas apapun, konsultasikan dengan pimpinan dan pengurus ibadah untuk menyesuaikan kondisi fisik saat ini,” kata Ngabila dalam keterangannya, Jumat (3/5/2025). 

Persiapkan puncak haji dalam kondisi prima dengan tidur yang cukup, minimal 6-7 jam sehari.

Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap hari, terutama bagi jamaah haji yang berisiko tinggi. 

Masalah kesehatan kedua adalah dehidrasi dan serangan panas. 

Cuaca panas di Jazirah Arab membuat jamaah haji Indonesia rentan mengalami dehidrasi bahkan heat stroke.

Oleh karena itu, untuk mencegah dehidrasi, selalu bawa oralit dan minumlah 1 gelas Vitamin B 200 ml setiap jam.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk tidak minum cairan hanya saat haus. 

Perbanyak makan sayur dan buah, hindari soda dan minuman berkafein. 

“Basahi tenggorokan jika sudah kering, hindari mandi atau cuci muka dengan air hangat, pakai alat pelindung diri seperti topi, payung, kacamata hitam, masker dan lainnya,” tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *