TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri penerbangan semakin mengandalkan teknologi canggih untuk mempercepat operasional dan meningkatkan keselamatan.
Namun, maskapai penerbangan seringkali mengalami gangguan kompleks dalam operasionalnya.
Seiring berkembangnya teknologi dan kondisi serta keadaan yang berubah, permasalahan terkait manajemen kru operasional serta manajemen penerbangan dan penumpang menjadi lebih rentan terhadap gangguan.
Hal ini dapat menimbulkan efek domino, yang berarti inefisiensi dan kerugian finansial yang signifikan bagi maskapai penerbangan.
Untuk memitigasi tantangan ini, maskapai penerbangan harus mengadopsi strategi proaktif yang memanfaatkan inovasi teknologi terkini untuk menemukan solusi yang efektif.
Dengan demikian, dapat meminimalkan dampak kebisingan, meningkatkan keandalan operasional, dan meningkatkan manajemen kebisingan bagi penumpang dan awak pesawat.
Terkait hal tersebut, INACA menggandeng IBS Software, penyedia solusi SaaS (Software As A Service) terkemuka untuk industri perjalanan global, dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Disruption Management pada operasional penerbangan pada Kamis, 26 September 2024. . di Jakarta .
FGD yang mengangkat tema “Proactive Disruption Management in a Single Source Air Operations Platform” ini dibuka oleh Wakil Presiden INACA I Arif Wibowo dan dihadiri oleh perwakilan maskapai anggota INACA.
Pembicara pada FGD ini adalah pakar dari IBS Software yang terdiri dari Vice President Air Operations, Mr. Thierry Pfeiffer, wakil presiden dan kepala daerah Mr. Sunil George dan Kepala Pemasaran Regional, Ms. Jeanette Baca.
“Penanganan gangguan operasional penerbangan sangat penting karena dampaknya dapat meningkatkan biaya operasional penerbangan. FGD ini merupakan langkah kolaboratif untuk membantu proses pemulihan industri penerbangan Indonesia dan mendukung pertumbuhan perekonomian nasional pasca pandemi Covid-19. 19 pandemi. Gunakan ilmu yang didapat di sini dan terapkan dalam operasional sehari-hari,” kata Arif Wibowo.
Seperti kita ketahui, sektor penerbangan di Indonesia masih perlu bekerja keras untuk memulihkan industri yang terdampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020 hingga 2022. Upaya yang dilakukan, termasuk diskusi seperti FGD ini, penting untuk merevitalisasi industri dan meningkatkan perekonomian nasional.