Gagal Tembus ke DPR, Muncul Desakan Muktamar PPP Dipercepat

Dinamika di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berlanjut setelah Partai Kaba dipastikan gagal di DPR RI.

Baru-baru ini, muncul surat dari Dewan Senat PPP yang meminta agar pengurus Dewan Pimpinan Pusat (TPP) di bawah Mardiono segera menggelar konferensi tahun ini.

Mengapa menelepon Kongres? Dalam surat yang diterima Tedikcom, tertulis Dewan Senat menginginkan penilaian menyeluruh segera setelah kekalahan dalam pemilihan Senat. Ditandatangani oleh Presiden

Surat tersebut tertanggal 1 Mei 2024. Surat tersebut ditandatangani empat petinggi Dewan Senat, yakni Ketua Dewan Kehormatan Zargazih Noor, Ketua Dewan Ahli Prijono Djiptohrijanto, Ketua Dewan Syariah Mustoba. Akhil Siroj, dan Ketua Dewan Pembina M Romahurmusi atau Romi.

Dewan Senat memiliki beberapa posisi dalam surat ini. Mereka meminta diadakannya Kongres pada tahun 2024.

“Penurunan suara PPP di tingkat nasional perlu dikaji secara menyeluruh. Mengingat: (1) perolehan suara PPP di tingkat nasional (DPR Rl) pada Pemilu 2024 jauh lebih rendah dibandingkan PPP. pemungutan suara di tingkat daerah (DPRD Daerah dan Kabupaten Kota); “(2) Penetapan Ketua Umum PPP sebagai ‘pelaksana tugas’ berarti jabatan tersebut tidak bersifat tetap dan tidak dapat dijabat dengan santai sesuai dengan masa jabatannya,” bunyi poin tersebut.

“Kongres merupakan forum yang tepat untuk mengadakan penilaian. Oleh karena itu, kami meminta Kongres dapat menyelenggarakannya pada tahun 2024, 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ini.”

Selain itu, DPR meminta DPP segera menggelar Musyawarah Aksi Nasional (Mukarnas) untuk memutuskan pendekatannya pada pemerintahan selanjutnya.

Artinya, dengan pemberitahuan Mahkamah Konstitusi pada 22 April 2024, kontestasi Pilpres 2024 sudah selesai. Oleh karena itu, PPP harus segera memutuskan sikapnya terhadap pemerintahan masa depan melalui forum diskusi partai yang tepat. Konferensi Aksi Nasional (Mukarnas) tentang isu ini dan isu strategis lainnya harus segera diambil keputusannya,” bunyi surat itu.

Prijono membenarkan rincian surat tersebut. Dia menegaskan, surat itu sah hingga ada tanggapan resmi dari Mardiono.

“Benar. Dan masih layak sampai ada tanggapan tertulis resmi dari Pj Ketham,” ujarnya. Berbasis di DPP 2025

Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau Awiek pun merespons. Awiek mengatakan, surat tersebut belum dibahas di DPP.

“Soal suratnya kita belum tahu. Saya sendiri tidak menerima suratnya, mungkin suratnya langsung ke Plt Ketua Umum. Tapi, surat itu tidak dibahas dalam instruksi harian rapat atau di Rabimnas Nasional,” kata Avik. . Wartawan, Selasa (18/6).

Juru Bicara PPP menjelaskan, penetapan agenda konferensi dibahas dalam Konferensi Pimpinan Nasional (Rabhimnas) yang diusulkan oleh Musyawarah Kerja Nasional (Mukharnas). Menurut dia, pimpinan daerah menginginkan Kongres digelar pada 2025.

“Rabimnas sebenarnya sedang menggiring usulan ke Mukarnas Nasional untuk memperbaiki jadwal Mukarnas. Informasi yang disebar DPW-DPW meyakini Kongres akan dilaksanakan pada tahun 2025. Pun demikian dengan Rabimnas Nasional sendiri. Sebab, Mukarnas Nasional sudah merencanakannya. , mereka tidak punya kewenangan untuk mendaftarkannya, usulan Rabimnas “lalu Mukarnas Nasional akan menjadi bahan bakunya,” ujarnya.

“Meski bukan forum, tapi usulannya wajib di Majelis Nasional. Mumpung mukarnas nasional, baca Kongres 2025,” ujarnya. Suharso adalah sindiran yang kuat bagi orang-orang yang beriman

Reaksi Politisi PPP Saifullah Tamliha atas terbitnya surat tekanan DPRD PPP. Tamliha menolak sikap yang diajukan Dewan Senat.

“Surat seperti itu tidak boleh ‘dibudidayakan’ di lingkungan PPP. Tata cara pergantian pimpinan PPP diatur dalam AD/ART PPP, agar PPP tidak terjebak dalam politik oligarki, di mana hanya elit partai yang mengambil keputusan. . Di lapangan,” kata Tamliha kepada wartawan, Selasa (18/6).

Loyalis mantan pemimpin PPP Suharzo Monorfa, era PPP membawa proses perubahan pada ketua umum Suryadharma Ali dan Romahurmusi atau Romi, yang menurutnya akan menghidupkan kembali Partai Gaba.

Cukup dengan menggantikan Suryadharma Ali dan Suharso Monorfa, karena Ketua Umum dicopot di tengah jalan akibat Kongres, alhasil kursi TPR RI turun dari 39 kursi pada tahun 2014 menjadi 19 kursi pada tahun 2019 di bawah kepemimpinan Romahurmuzi, katanya.

“Nah, setelah Suharso diusir oleh ‘muqarnas abal-abal’, dia malah tidak melintasi PT. Yang terlibat hanyalah segelintir elit pragmatis dan hanya ‘mendobrak Ka’bah dari belakang’ dan masuk ke PPP,” ujarnya. melanjutkan

Tamliha pun menyampaikan tanggapan atas desakan tersebut kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP. Namun, dia menyebut Rabimnas Nasional PPP menolak usulan Dewan Senat.

“Ini juga menjadi pertimbangan, dan pelaksanaannya tergantung pengelolaan sehari-hari. Yang jelas DPW se-Indonesia terkesan menolak usulan dan gagasan pembentuk undang-undang Rabimnas,” ujarnya. . (Rupiah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *