Laporan reporter Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Virus flu burung (H5N1) kembali mencuat ke masyarakat karena ditemukan pada sapi di Amerika Serikat.
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (30/4/2024) juga mengungkapkan, ada risiko penyebaran virus flu burung atau H5N1 ke ternak di negara selain Amerika Serikat (AS).
Lantas apakah virus flu burung akan menjadi pandemi?
Terkait hal tersebut, ahli epidemiologi Indonesia sekaligus peneliti dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memberikan jawabannya.
Menurut Dicky, flu burung bisa menjadi epidemi jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang efektif.
“Secara umum, jika virus flu burung H5N1 menyebar luas pada unggas atau hewan, kemudian upaya pencegahan dan pengendaliannya tidak berhasil, maka risiko terjadinya epidemi yang besar bisa saja muncul,” kata Dicky kepada Tribunnews, Rabu (1/5). ). /2024).
Tingkat risiko atau kemungkinan kasus akibat virus flu burung H5N1 bisa berbeda-beda.
Itu tergantung pada banyak faktor risiko seperti:
1. Adanya bakteri di lingkungan.
Ketika virus H5N1 menyebar ke unggas liar atau peternakan, risiko terjadinya epidemi akan tinggi.
2. Adanya kontaminan
Misalnya, terjadi kontak dekat antara hewan yang terinfeksi dengan hewan atau manusia lain.
Adanya vektor penyakit seperti nyamuk atau lalat. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko infeksi dan kemungkinan kambuhnya penyakit.
3. Efektivitas upaya pencegahan dan pengendalian
Tindakan pencegahan dan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah, petani, dan masyarakat dapat mempengaruhi tingkat wabah.
Jika langkah-langkah ini efektif, risiko wabah akan berkurang.
4. Kesiapan Sistem Kesehatan
Kesiapan sistem kesehatan untuk mendeteksi, merespons, dan mengendalikan wabah juga berperan penting dalam menentukan tingkat risiko.
Negara-negara dengan sistem kesehatan yang kuat dan baik cenderung memiliki risiko penyakit yang lebih rendah.
5. Perilaku Manusia
Faktor-faktor seperti perjalanan manusia, kebiasaan makan masyarakat dan tingkat kesadaran akan risiko penyakit juga dapat mempengaruhi risiko wabah.
Misalnya, praktik peternakan yang tidak aman atau konsumsi hewan yang tidak diawasi dengan baik dapat meningkatkan risiko infeksi.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman tentang virus ini. Lakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi risiko penyebaran dan potensi wabah, tutupnya.