Filipina Siaga Tinggi, Kerahkan Kapal Perang Cegah China Bangun Pulau Baru di LCS

Reporter Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Pemerintah Filipina mengerahkan kapal perang ke Laut Cina Selatan (SCS) setelah China merebut pulau buatan di wilayah sengketa tersebut.

“Penjaga Pantai mengirim kapal ke Sabina Shoal di Kepulauan Spratly untuk memantau aktivitas ilegal Tiongkok dan membuat pulau buatan,” Presiden Ferdinand Marcos Jr. Kata kantor itu, seperti dilansir Reuters.

Tak hanya itu, untuk mencegah pasukan Tiongkok merebut kembali pulau tersebut, Penjaga Pantai Filipina bahkan mengerahkan dua kapal di zona melingkar di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Manila.

“Tidak ada yang melindungi (tempat ini) kecuali kami. “Menurut hukum internasional, merupakan tanggung jawab kami untuk melindungi (situs tersebut) dan memastikan bahwa lingkungan tidak dirusak dan tidak akan ada kegiatan daur ulang,” kata Jonathan Malaya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC).

Krisis ini dimulai di Filipina, ketika penjaga pantai di wilayah ZEE menemukan banyak desa yang mati dan hancur terdampar di wilayah Sabina Shoal, dimana Manila dan Beijing sering terlibat dalam sengketa maritim.

Pemerintah Filipina meyakini tumpukan karang ini adalah ulah Tiongkok, mengingat pemerintah Beijing dan Manila belakangan ini sering berselisih soal sengketa wilayah.

Bahkan, beberapa waktu lalu, China disebut-sebut telah melakukan reklamasi lahan secara besar-besaran di sekitar Laut China Selatan untuk membangun angkatan udara dan fasilitas militer lainnya.

“Baru-baru ini, Filipina berulang kali menyebarkan rumor, dengan sengaja mempermalukan Tiongkok dan mencoba menyesatkan masyarakat internasional, dan itu sia-sia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Beijing Wang Wenbin. Tiongkok mulai membuka diri

Setelah Tiongkok ketahuan mencoba merebut kembali tanah tersebut, penasihat keamanan nasional Filipina, Eduardo Ano, meminta diplomat Tiongkok untuk meninggalkan negara itu di tengah meningkatnya sengketa wilayah di Laut Cina Selatan.

Menanggapi tuduhan tersebut, Kementerian Luar Negeri China membantah keras pihaknya sedang membangun pulau seperti yang diklaim Filipina. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut tuduhan Manila sebagai “berita tidak berdasar”.

“Kami menyerukan pihak Filipina untuk menghentikan retorika yang tidak bertanggung jawab, menghadapi kenyataan dan kembali ke jalur yang benar sesegera mungkin untuk menyelesaikan sengketa maritim melalui negosiasi dan konsultasi.” Wang Webin, Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Kedua negara telah lama berselisih mengenai wilayah yang disengketakan di Laut Cina. Beijing menuduh Manila melakukan pelanggaran teritorial dan pengkhianatan karena melanggar jalur air penting tersebut.

Sementara itu, Manila menuduh Beijing melakukan aktivitas agresif dan berbahaya di zona ekonomi eksklusifnya karena Pengadilan Arbitrase Permanen memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim Beijing tidak memiliki dasar dalam hukum internasional mengenai LCS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *