Laporan Jurnalis Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Negoro Faizal Assegaf mengaku meragukan kejujuran politik apologetika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kepemimpinannya.
Faizal juga mengatakan sangat sulit menemukan sikap terbaik Jokowi dalam berpolitik. Sebab, ia menilai sikap Jokowi tidak mencerminkan pemimpin yang peduli rakyat.
“Sangat diragukan pemimpin yang sudah berkali-kali berbohong tentang negara itu akan meminta maaf secara jujur dan tulus kepada rakyat,” kata Faizal kepada Tribunnews, Sabtu (8/3/2024).
Oleh karena itu, masyarakat tidak percaya dengan pernyataan Jokowi yang meminta maaf secara terbuka, tambahnya.
Ia pun menilai, masyarakat semakin melihat pernyataan permintaan maaf Jokowi sebagai puncak kebohongan sebelum lengser dari kekuasaan.
“Tidak mungkin dan itu hanya plot yang bergambar politik,” ujarnya.
Ia menambahkan, Jokowi tahu akan banyak tuntutan jika dirinya lengser dari kekuasaan. Berbagai faksi di masyarakat semakin kuat menuntut keadilan ditegakkan.
Sehingga, permintaan maaf Jokowi dianggap sebagai cara bicara di mulut kekuasaan.
“Akar masalahnya telah menciptakan kekuatan destruktif di negara ini. hal ini tidak dapat dihancurkan oleh kebohongan drama pembenaran. Ini adalah cara yang buruk dan cerdas dalam melakukan sesuatu,” tutupnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara peringatan dan doa bersama menyambut HUT ketujuh Republik Indonesia di Istana Merdeka Batavia pada Senin (1/8) malam.
Selain Presiden, turut hadir Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan beberapa anggota Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi meminta maaf atas segala kesalahan yang dilakukannya selama menjabat Presiden bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
“Pada kesempatan yang baik ini, di hari pertama bulan Agustus, dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati, saya mengizinkan diri saya sendiri dan Profesor K.H. Ma’ruf Amin Mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekeliruan dan khilaf selama ini, terutama pada “keduanya” kita. menunaikan amanah sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI,” kata Jokowi.
Dikatakan penguasa negara karena menurut manusia tidak mungkin menyenangkan semua orang.
Menurut Jokowi, dirinya hanyalah manusia biasa, tidak sempurna.
“Ekspektasi semua pihak juga tidak mungkin bisa terpenuhi. Saya tidak sempurna, saya manusia biasa, kesempurnaan hanya Allah SWT,” ujarnya.