Laporan reporter Tribunnews.com Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri migas nasional mewakili harapan Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dalam konteks meningkatnya konflik di Timur Tengah, dimana baru-baru ini militer Israel menguasai perbatasan Rafah di Gaza, Palestina, setelah sebelumnya ada ketegangan antara Israel dan Iran.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dadan Kusdiana mengatakan, meningkatnya konflik di Timur Tengah berisiko mendorong harga minyak global hingga $100 per barel, atau level tertinggi sepanjang sejarah.
Menurut dia, pemerintah bisa mengandalkan sektor migas dalam negeri, terutama dengan dibukanya wilayah kerja (WK) baru untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan pengembangan skala besar yang sedang berlangsung.
“Potensi Indonesia terus menarik investor. Belakangan ini banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan WK baru. Jadi dari segi potensi migas, produksi migas Indonesia masih bisa diandalkan, kata Dadan kepada wartawan, Rabu (8/5/2024).
Namun, kata dia, sektor migas dalam negeri harus didukung dengan kebijakan yang ramah investasi serta kemudahan dan kecepatan perizinan untuk mendongkrak produktivitas produksi migas dalam negeri.
“Ke depan, penyempurnaan aturan yang mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi akan menjadi faktor utama efisiensi produksi migas,” imbuhnya.
Ditjen Migas sendiri mencatat realisasi investasi migas pada tahun 2023 sebesar US$15,6 miliar, meningkat 12% dibandingkan tahun 2022 sebesar US$13,90 miliar. Rinciannya, investasi eksplorasi dan produksi sebesar US$13,72 miliar dan investasi pengilangan sebesar US$1,88 miliar.
Dadan juga menegaskan bahwa Direktorat Jenderal Migas berupaya mengurangi ketergantungan impor minyak dan elpiji sebagai respon pemerintah terhadap ketegangan geopolitik.
Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan gas bumi dalam negeri untuk sektor pupuk, industri, dan energi melalui program pengolahan gas bumi, gasifikasi pembangkit listrik tenaga diesel, dan optimalisasi penggunaan gas dalam mode CNG.
Dihubungi terpisah, Direktur Profit Forexindo Berjangka Ibrahim Aswaibi mengatakan ketegangan geopolitik yang terjadi saat ini terbukti berdampak pada harga minyak global.
Meningkatnya konflik di Timur Tengah, khususnya yang melibatkan Israel dan Iran, menjadi perhatian yang lebih besar dibandingkan konflik lain di seluruh dunia. Pasalnya, Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar ketiga di dunia dan memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.
“Harus dilihat bahwa Iran adalah salah satu negara penghasil minyak ketiga di dunia. “Tetapi cadangan terbesar di dunia ada di Iran, bukan Arab Saudi, sehingga ada kekhawatiran bahwa Israel akan menargetkan kilang-kilang Iran dan menyebabkan penurunan tajam dalam produksi,” katanya.
Ibrahim meyakini Indonesia bisa mengambil manfaat dari ancaman krisis energi global yang terjadi saat ini. Selain itu, AS juga menjatuhkan sanksi terhadap Rusia yang juga merupakan negara penghasil minyak terbesar kedua di dunia.
Untuk itu, ia berharap pemerintah khususnya Kementerian Investasi dapat menarik investor di sektor migas untuk membangun ketahanan energi nasional, terutama untuk mengatasi situasi ketidakpastian harga migas global.
“Kami melihat memang banyak kilang yang bisa dieksplorasi di Indonesia. “Saat ini investor kita banyak yang berasal dari Tiongkok, sehingga besar kemungkinan pemerintahan Prabowo-Gibran dapat terus menjalin kerja sama yang baik dengan Tiongkok di masa depan. penelitian,” tutupnya.