Empat Kelompok Anak Rentan Terinfeksi Bakteri TBC 

Laporan jurnalis Tribunnews.com Aisya Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tuberkulosis atau TBC masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. 

Menurut Laporan Tuberkulosis Dunia Organisasi Kesehatan Dunia 2023, 10,6 juta orang terinfeksi TBC dan 1,3 juta orang meninggal karena TBC.

Indonesia sendiri merupakan satu dari delapan negara yang menyumbang dua pertiga kasus TBC di dunia. 

Dengan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya, Indonesia diketahui menjadi negara kedua yang paling terkena dampaknya setelah India atau setara dengan 15 kematian setiap jamnya.

Sayangnya, anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap infeksi ini. 

Hal ini dilaporkan oleh Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CMANX) Kementerian Kesehatan Dr. Yodi Paramono, Maret. 

Menurut situs resmi Kementerian Kesehatan yang diberitakan pada 8 Mei 2024, “hal ini disebabkan karena perkembangan tubuh yang belum sempurna”. 

Disebutkan juga, ada empat kelompok anak yang berisiko tinggi tertular TBC.

1) Anak-anak di bawah usia 5 tahun. Anak-anak di bawah usia 5 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum matang.

Dengan demikian, bakteri Mycobacterium tuberkulosis (MTB) yang sudah ada di dalam tubuh dapat dengan mudah diaktifkan;

2) Anak yang terinfeksi HIV. Bakteri TBC mudah aktif ketika sistem kekebalan tubuh mulai melemah akibat infeksi HIV;

3) Anak gizi buruk. Malnutrisi pada anak menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk tuberkulosis;

4) Anak yang kontak erat dengan penderita tuberkulosis. Anak-anak yang bersentuhan dengan penderita TBC berisiko tertular bakteri TBC. Risiko ini meningkat jika ibu atau wali anak terlibat.

Oleh karena itu, dalam rangka Hari TBC 2024 dan Hari Hak Anak Nasional, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan kampanye anti TBC yang menyasar anak-anak dan remaja bekerja sama dengan Young TB Indonesia dan Otsuka Group.

Kampanye ini bertujuan untuk menyebarkan kesadaran TBC dan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui deteksi dini kasus. 

Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli, mendorong lebih banyak anak untuk mengakses informasi dan layanan TBC.

Selain meningkatkan upaya pencegahan dan pengobatan TBC di masyarakat, pungkas dr Yodi. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *