Emirsyah Satar Dituntut 8 Tahun Penjara dan Bayar Rp1,4 T di Kasus Korupsi Pesawat Garuda Indonesia

Dilansir reporter Tribunnews.com, Fahmi Ramhan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emerisia Sattar divonis 8 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam kasus pasokan pesawat.

Ketua Tim Jaksa Trianiyaputra dalam tuntutannya menilai, Amirsia terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi bekerja sama dengan Sattar.

Pasal 2 ayat (1) ini diatur dan diancam pidananya terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan penghapusan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tahun 2001. Pasal 55 UU No. KUHP Tahun 1999 selain ayat (1) angka 1 tentang penghapusan tindak pidana korupsi, dalam pokok dakwaan jaksa.

“Terdakwa Emirsyah Satar divonis 8 tahun penjara,” kata jaksa saat membacakan dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TPCOR), Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2024).

Selain hukuman badan, jaksa juga menuntut Emirsyah membayar denda Rp1 miliar yang akan diganti enam bulan penjara jika denda tidak dibayar.

Tak hanya denda, jaksa juga meminta tambahan tuntutan pidana terhadap Amirsyah Satar untuk membayar ganti rugi sebesar US$86.367.019 atau sekitar 1,4 triliun.

Selain denda, jaksa juga mengatur jika terdakwa tidak membayar sebulan setelah hakim membacakan putusan, maka harta kekayaan Emirsyah akan disita untuk dilelang guna menutupi kerugian negara.

“Apabila terdakwa tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar penggantian maka akan dipidana 4 tahun penjara,” tutupnya.

Dalam kasus ini, Amirsyah Satar disidangkan atas tuduhan korupsi pembelian pesawat.

Di antara serangkaian tindakan korupsi yang dilakukannya adalah sistem penawaran pemasok untuk memenangkan perusahaan tertentu dalam proyek pasokan pesawat seperti Bombardier CRJ-1.000 dan turboprop sub-100 kursi ATR72-600.

Akibat perbuatannya, perekonomian Tanah Air dilaporkan mengalami kerugian hingga 609 juta dolar AS atau Rp 9,3 triliun jika dirupiahkan saat ini.

“Bahwa perbuatan terdakwa Emirsyah Satar bersama-sama dengan Albert Burhan, Agus Vahjudo, Setijo Avibowo, Hadinoto Soedigno, dan Soetikno Soedarjo telah mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara yaitu. kerugian keuangan negara bagi PT. Tbk periode 2011 sampai dengan 2021 sebesar US$609.814.504,” kata jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang perkara korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023).

Akibat perbuatannya Pasal 2 Ayat (1) Tambahan Pasal 3 apabila. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *