Laporan jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT – Konflik yang sedang berlangsung antara pejuang Hizbullah dan Israel telah menimbulkan ketakutan di kalangan warga Lebanon. Warga kini mengungsi, berbondong-bondong mengungsi dari Bandara Internasional Rafik Hariri Beirut.
Sejumlah besar warga yang mencoba melarikan diri dari Beirut berkerumun di ruang keberangkatan bandara, yang dipenuhi oleh keluarga Lebanon yang mencoba meninggalkan negara mereka dan kembali, Al Arabiya melaporkan.
Kita sudah keluar dari satu krisis, kita berada dalam krisis yang lain,” kata Sherin Malah, seorang warga Lebanon di Italia yang datang ke Lebanon untuk mengunjungi ibunya. pergi lebih awal
Ketegangan tersebut meningkat setelah Israel menyatakan telah membunuh Fuad Shukri, orang yang berperan penting dalam mentransfer sistem panduan rudal jarak jauh Hizbullah ke Iran. Shukr terbunuh pekan lalu dalam serangan udara terhadap sebuah gedung di Beirut selatan.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, Ismail Haniyeh, Ketua Politbiro Hamas, dilaporkan tewas pada dini hari tanggal 31/31/2024, bersama pengawalnya, di gedung tempat mereka tinggal.
Sebagai akibat dari serangkaian pembunuhan tersebut, Hizbullah Lebanon melakukan pembalasan terhadap Israel, menargetkan beberapa aset utama Israel, termasuk pelabuhan Haifa, dan memata-matai lokasi konstruksi komando Israel di Israel utara. Tempat penyimpanan bom dan jet, garasi militer, dan pabrik amunisi.
Bahkan, untuk menyukseskan operasi gabungan tersebut, Hizbullah tak segan-segan menggunakan beberapa senjata andalannya, antara lain drone angkatan laut, drone udara, rudal balistik anti kapal, dan roket Katyusha.
Baru-baru ini dilaporkan bahwa sebuah drone bermuatan bahan peledak berhasil menyerang sebuah pangkalan di Israel utara, melukai dua tentara Israel. Tidak berhenti di situ, Hizbullah membombardir daerah dekat pemukiman utara Ayelet HaShahar dengan drone, sehingga memicu kebakaran yang sulit dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.
Pemerintah Israel menanggapi serangan Hizbullah yang semakin tidak pandang bulu dengan memperingatkan kelompok Lebanon tersebut untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Israel.
“Jika mereka berani menyerang kami, mereka akan menanggung akibatnya,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Maskapai telah membatalkan penerbangan ke Lebanon
Secara terpisah, beberapa maskapai penerbangan internasional AS telah membatalkan penerbangan ke dan dari ibu kota Lebanon, Beirut, menyusul ketegangan antara Hizbullah dan Israel.
Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa juga mengambil tindakan serupa, menangguhkan semua penerbangan ke Tel Aviv hingga 8 Agustus dan menangguhkan penerbangan ke ibu kota Lebanon, Beirut, hingga 12 Agustus.
Larangan tersebut untuk sementara ditangguhkan setelah Israel menanggapi serangan kelompok Hizbullah Lebanon yang dapat semakin meningkatkan konflik di Timur Tengah.
“Jika perang skala penuh pecah di Timur Tengah, penerbangan sipil akan menghadapi risiko drone dan rudal melintasi saluran udara, serta risiko spoofing GPS,” jelas OpsGroup. organisasi berbasis anggota yang berbagi informasi tentang bahaya penerbangan.
“Saat ini kami mengimbau maskapai penerbangan Asia dan Eropa untuk tidak memasuki wilayah udara Israel, Lebanon, Iran, dan Irak,” tambahnya.