TRIBUNNEWS.COM – Seorang mantan pejabat Israel mengatakan, penggerebekan tentara Israel atau Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di kota Rafah tidak menjamin kembalinya warga Israel yang ditangkap oleh kelompok Palestina.
Hal itu diungkapkan Amos Gilead, mantan direktur kebijakan politik-militer Kementerian Pertahanan Israel, dalam wawancara Kamis (5/2/2024) dengan radio lokal FM 103.
Amos Gilead juga mengatakan bahwa Iran adalah ancaman terbesar bagi Israel, bukan Hamas.
Masuknya tentara Israel ke Rafah tidak menjamin kembalinya para tahanan, katanya.
Diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan menyerang Rafah meski mendapat tentangan dari dunia internasional.
Padahal, ada lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina yang tinggal di Rafah.
Radio militer Israel juga mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel sedang mencari cara lain untuk menyerang Rafah di tepi selatan Gaza.
Amos Gilead mengatakan jika tentara Israel memasuki Rafah tanpa berkonsultasi dengan Mesir dan Amerika Serikat (AS), tidak akan ada solusi di utara (hadapan Lebanon).
“Akan terjadi perang jangka panjang yang akan menyebar ke seluruh Israel dan kita akan kehilangan aliansi,” kata mantan pejabat tersebut.
Amos Gilead, mengutip Anadolu Agency, juga mengatakan hal ini bisa menjadi perang jangka panjang.
“Akan terjadi perang berkepanjangan yang akan menyebar ke seluruh Israel, dan kita akan kehilangan aliansi kita,” kata mantan pejabat tersebut.
Mengenai serangan IDF di Rafah, tindakan ini dapat melemahkan kemampuan Israel untuk melawan Iran, menurut Amos Gilead.
Menurutnya, ancaman terbesar adalah Iran, bukan Hamas.
“Hal ini akan menghilangkan kemampuan kita untuk melawan sumber ancaman (Iran), yang lebih besar dari pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, karena mereka bukan kekuatan besar di Timur Tengah,” kata Gilead.
Amos juga meyakini pemimpin Hamas Yahya Sinwar ingin Israel keluar dari Gaza.
Selain itu, Amos Gilead menuding pemerintahan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, jahat.
Gilead berkata: “Sinwar ingin kita meninggalkan Gaza sehingga dia bisa memulihkan pemerintahan jahatnya.
“Dia percaya bahwa dia telah mencapai banyak keberhasilan dalam prosesnya dan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk membuat kami mundur sepenuhnya,” tambah Gilead.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)