Dilansir Reporter Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Menteri Perdagangan Darmin Nasutn menyayangkan adanya bisnis hitam terkait produk sawit.
Banyak negara Eropa diketahui mempromosikan minyak sawit yang merusak lingkungan atau merusak hutan.
Tentu saja, lanjut Darmin, tuduhan itu tidak benar. Tentu saja minyak sawit lebih baik karena memberikan lebih banyak manfaat.
Dengan kata lain, dibandingkan bunga matahari, produksi minyak per hektarnya lebih tinggi.
Selain itu, ekosistem dan industri kelapa sawit terbukti menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Selain itu, perekonomian kelapa sawit juga berkontribusi terhadap nilai pasar negara, dan merupakan bisnis yang kuat yang mempekerjakan sekitar 16 juta orang.
Hal itu diungkapkan Darmin dalam diskusi yang digelar Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) di Jakarta, Jumat (5/9/2024).
“Jika kita melihat angka-angka saat ini, mungkin ada 16 juta masyarakat Indonesia yang hidup dari kekayaan tersebut.” Jadi, jika Anda mengatakan itu layak untuk diperjuangkan, maka itu layak untuk diperjuangkan. “Sungguh luar biasa kalau kita tidak memperjuangkannya,” kata Darmin. yaitu di Direksi IPOS.
“Ini adalah sumber kemarahan dari belahan dunia lain.” Maka, lahirlah iklan kelam. Kami kehilangan produk kami yang lain,” lanjutnya.
Darmin melanjutkan, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena telah diberikan anugerah lingkungan yang subur sehingga akan terus tumbuh dan berkembangnya pohon minyak di tanah air, lebih baik dari sebelumnya di Afrika.
Melalui upaya berbagai sektor, Indonesia telah mengukuhkan dirinya sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Kemajuan produk hilir kelapa sawit berperan sebagai penggerak roda perekonomian di berbagai bidang.
Oleh karena itu, kesalahan dalam penyampaian kebijakan akan berdampak buruk pada kesejahteraan masyarakat di rantai pasok, kata Darmin.
Selain berperan penting dalam kebutuhan pangan, minyak sawit banyak dimanfaatkan untuk kosmetik, produk kesehatan, dan biodiesel.
“Saat ini, minyak sawit dapat menjadi bahan baku biofuel untuk penerbangan dunia di masa depan, mendukung pencapaian nol emisi Indonesia pada tahun 2060,” kata Darmyn.
“Indonesia berpotensi menjadi produsen utama energi terbarukan karena diberkahi dengan sumber daya kelapa sawit yang melimpah,” tutupnya.