Eks Kakanwil Bea Cukai Riau Terima Suap Cabut Pembekuan Izin Impor Gula, Ini Tampangnya saat Ditahan

Abdi Ryanda Shakti dari Tribunnews.com melaporkan 

TribuneNews.com, Jakarta – Kejaksaan Agung (Kejagung) menjerat mantan Kanwil Bea dan Cukai Riau Rony Rosefandi a.R. dengan kasus korupsi impor gula PT Sumber Mutiara Indah Perdana (PT). SMIP) untuk tahun 2020-2023.

Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung Hampidas Kuntadi mengatakan, peran RR sebagai Kepala Bea dan Cukai Daerah Riau adalah membatalkan keputusan pembekuan izin lapangan PT SMIP agar perusahaan tersebut tetap bisa melanjutkan kegiatan impor gula.

“Yang bersangkutan diduga menerima uang dari operasi tersebut, sehingga disita dari kabupaten tersebut sebanyak 26.000 ton gula,” kata Kuntadi dalam jumpa pers di Kejaksaan Negeri Purvokarto, Rabu. / 2024).

Sedangkan RR dijerat dengan Pasal 1 ke 1 KUHP dan Pasal 18, Pasal 2, Pasal 1, dan Pasal 3 UU Tipikor.

Kuntadi mengatakan, usai diperiksa di Kejaksaan Agung RI Jakarta, RR akan langsung ditahan di Rutan Salemba cabang Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan selama 20 hari ke depan.

Selain RR, Kejaksaan Agung juga menetapkan tersangka kasus korupsi terkait kegiatan impor gula PT SMIP pada tahun 2020 hingga 2023.

Tersangka PT menyebut RD selaku direktur SMIP.

“Pada Jumat, 29 Maret 2024, tim penyidik ​​Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kejaksaan Agung menetapkan Nam RD sebagai direktur PT SMIP diduga korupsi kegiatan impor gula PT SMIP Tahun 2020 – 2023,” Ketut Sumedana, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, mengatakan secara tertulis, Sabtu (30/3/2024).

Usai ditetapkan sebagai tersangka, RD langsung ditahan di Rutan Kejaksaan Agung selama 20 hari lagi.

Pada Kamis (28/3/2024), tim penyidik ​​menjemputnya dari Pekanbaru, Riau, dan setelah dilakukan pemeriksaan intensif, RD ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam hal ini, tim RD berperan memanipulasi data impor gula pasir mentah yaitu gula pasir putih.

Ketut mengatakan, “kemasannya sudah diubah menjadi kantong, dan gula kristal mentah diimpor dan dijual.”

Akibat perbuatannya, ia dijerat Pasal 2(1) dan Pasal 3. Pasal 18 Tahun 1999 diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2001 Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia tentang perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *