TRIBUNNEWS.COM – Pensiunan jenderal Israel Yitzhak Brik mengatakan tentara Israel akan hancur jika terus berperang melawan Hamas di Jalur Gaza.
Pengumuman tersebut disampaikan Brik pada Selasa (9/3/2024) di kolom opini di Haaretz, salah satu media terpenting Israel.
Bric awalnya mengkritik beberapa orang yang menyebut penarikan pasukan Israel dari Gaza setelah gencatan senjata sebagai sebuah kekalahan.
Brik mengatakan pandangan tersebut didukung oleh para pemimpin militer dan politik yang menginginkan perang di Gaza terus berlanjut.
Menurut Brik, orang-orang tersebut justru akan memimpin tentara Israel untuk mengalahkan dan menghancurkan Israel.
“Tujuan perang yaitu penghancuran Hamas dan pembebasan seluruh sandera melalui tekanan militer belum tercapai,” kata Brik.
“Jika kita terus berperang dan merebut kembali sasaran di Gaza dengan cara yang sama, kita tidak hanya akan mampu menghancurkan Hamas, tapi juga diri kita sendiri.” Tentara Israel di Gaza kelelahan karena pertempuran terus berlanjut. Kelelahan ini menyebabkan sejumlah insiden serius bagi pasukan mereka selama sebelas bulan agresi militer di Gaza. (Anatolia)
Brick adalah seorang yang pesimis. Ia yakin tentara Israel tidak akan bisa melakukan invasi berulang dalam waktu dekat.
Menurutnya, hal ini karena tentara Israel semakin hari semakin lemah. Jumlah kematian dan cedera di kalangan personel IDF juga meningkat.
Sebaliknya, Hamas merekrut anak-anak berusia 17 dan 18 tahun.
Brik juga menyebut pasukan cadangan IDF yang kembali menolak dinas militer.
“Petugas wajib militer kehilangan keterampilan profesionalnya karena kurangnya pelatihan, dan beberapa keluar sebelum lulus,” katanya.
Menurutnya, perekonomian Israel dan hubungan internasional sangat terkena dampak perang melawan Hamas dan Hizbullah.
Menurut Brik, pertempuran di medan perang utara dan selatan akan terus berlanjut selama pasukan Israel masih berada di Gaza.
“Kebutuhan untuk mengumpulkan pasukan di front lain, di Lebanon atau Tepi Barat, juga memaksa pasukan untuk mundur dari Gaza dan mengerahkan mereka ke berbagai zona perang.”
“IDF ini tidak memiliki cukup pasukan untuk berperang di banyak lini.”
Menurutnya, akan tiba saatnya Israel tidak lagi berada di Gaza, karena Hamas akan memegang kendali penuh atas tanah Palestina.
“Ratusan kilometer terowongan bawah tanah dan di atas tanah,” ujarnya.
Menurut mantan jenderal tersebut, jumlah terowongan yang dihancurkan IDF hanya berjumlah beberapa persen dari seluruh terowongan.
“Hal yang sama berlaku untuk terowongan di bawah koridor Philadelphia dan Netzarim. Hamas menggunakan keduanya untuk mendistribusikan senjata dari Sinai ke Jalur Gaza utara dan selatan.
Dalam situasi seperti itu, kata Brik, tentara Israel tidak bisa mengalahkan dan menghancurkan Hamas.
Namun jika tentara Israel menghentikan serangannya karena melemah, Hamas bisa menyatakan Israel menyerah.
Brick menegaskan solusinya adalah menyetujui gencatan senjata dan membebaskan para sandera.
“Ini mungkin satu-satunya cara untuk membawa pulang para sandera. Kita harus menghentikan perang di Gaza,” katanya.
Menurut Brick, perang antara Israel dan Hizbullah juga akan berakhir ketika perang di Gaza berakhir.
“Hal ini juga mengurangi kemungkinan perang regional multi-front yang kita sama sekali tidak siap menghadapinya.”
Menurutnya, Israel akan mampu memulihkan hubungan militer, ekonomi, dan internasional selama masa gencatan senjata.
“Kami akan mengganti semua cabang politik dan militer yang terlibat dalam kegagalan yang mengerikan ini.”
Brick menganggap ini satu-satunya solusi, karena tidak ada jalan lain.
(Berita Tribun/Februari)