Ekonom: Uji Coba Makan Bergizi Gratis Harusnya Dilakukan di Maluku hingga Papua, Salah Kalau di Jawa

Laporan reporter Tribunnews.com, Endrapt Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Uji coba program makan gratis bergizi dinilai tidak wajar jika dilakukan di Pulau Jawa.

Menurut Direktur Center for Economic and Legal Studies (Celios) Bhima Yudhisthira, persidangan diperkirakan akan berlangsung di Flores, Maluku, dan Papua.

“Salah (di Jawa). Kenapa? Makan siang gratis itu salah satu tujuannya untuk mengurangi gizi buruk, jadi kalau tepat sasaran tentu akan banyak daerah yang lebih miskin dibandingkan Solo,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta. dikutip pada Jumat (26/7/2024).

Kami memahami bahwa uji coba makanan bergizi gratis baru saja dilakukan di beberapa sekolah di wilayah kota Solo.

Program makan bergizi gratis juga diujicobakan di SDN Sentul 03, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hadir langsung Wakil Presiden RI terpilih 2024-2029 Gibran Rakabuming Raka.

Bhima juga menyarankan, daripada melakukan uji coba secara berkala di banyak tempat, lebih baik dibuat pilot project program makanan bergizi gratis terlebih dahulu.

Intinya adalah melihat apakah program ini benar-benar dikaitkan dengan perbaikan gizi buruk dan sebagainya.

“Jadi makan siang gratis itu ada hubungannya dengan naiknya angka PISA? Apakah ada hubungannya dengan gizi buruk? Bukankah daerah 3T harus kita coba dulu? Fokus tes lebih lanjut di sana, fokus, nanti lihat ( hasilnya).” kata Bhima.

Ia juga mengatakan kendala terbesar program makan gratis bergizi adalah logistik.

Pengadilan Sol dikatakan tidak tepat karena kota tersebut memiliki persediaan makanan yang besar di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, ia menilai uji coba Sol tidak mencerminkan kesiapan program makan gratis bergizi jika diterapkan di tingkat nasional.

Uji coba sebaiknya dilakukan di Papua dan wilayah timur Indonesia lainnya, yang biaya logistiknya lebih mahal.

Dari situ, masih harus dilihat apakah program makan gratis bergizi di Jawa dan Papua dapat memiliki kualitas dan standar gizi yang sama mengingat tantangan biaya logistik.

“Masalah logistik dan harga bahan pangan atau bahan baku antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa sangat berbeda. Tingkat inflasi juga berbeda,” kata Bhima.

“Jadi ketika lokasi pengujiannya salah, maka akan menimbulkan kebijakan yang tidak setara,” lanjutnya.

Jika ke depan program makan gratis bergizi ingin memperkuat UKM atau pengusaha lokal di wilayah pelaksanaannya, Bhima ragu hal itu bisa terwujud.

Sebab, ada kemungkinan terjadinya persaingan dengan rumah tangga dan pengusaha yang sama-sama membutuhkan bahan makanan yang sama.

Rumit. Distribusi hanya satu hal, perbedaan harga, inflasi, dan dari mana asalnya? pungkas Bima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *