Ekonom: Kelas Menengah Turun Bikin Penjualan Mobil Cuma di Kisaran 1 Juta Unit

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penjualan mobil di Indonesia sebenarnya sudah lama berkisar 1 juta unit. Sejak tahun 2014, penerimaan mobil baru tidak terlepas dari angka tersebut.

Pada tahun 2024, penjualan mobil hanya mencapai 850.000 unit, sesuai dengan target dan perkiraan Gaikindo. Banyak faktor yang membuat industri otomotif sulit mencapai angka 1 juta unit pada tahun 2024.

Ekonom Raden Pardede mengatakan menurunnya kelas menengah menjadi salah satu penyebab utamanya, apalagi kelompok masyarakat inilah yang menjadi sasaran utama industri mobil.

“Guys, kalian mungkin pernah lihat apa yang diberitakan BPS saat itu. Antara tahun 2019 dan 2024, kelas menengah kita akan menyusut signifikan sebesar 9,48 juta orang,” kata Raden saat berdiskusi mengenai prospek industri otomotif pada tahun 2025 dan opsi stimulus pemerintah. .Di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (14/1/2025).

Setiap masyarakat kelas menengah menghabiskan antara Rp2 juta hingga Rp9,9 juta untuk berbelanja. Jika ada empat orang dalam satu rumah tangga kelas menengah yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anak, pengeluaran bulanannya bisa mencapai sekitar Rp 40 juta.

“Jadi kalau dalam satu keluarga ada empat orang, berarti harus mengeluarkan uang sekitar Rp 8-40 juta. Jadi ini keluarga yang mampu mencicil mobil atau rumah.

“Jadi kelas menengah sebenarnya adalah mesin atau penggerak perekonomian. Karena kemampuan belanja mereka sangat tinggi,” jelas Raden Pardede.

Selain itu, penurunan atau stagnasi penjualan mobil sebanyak 1 juta unit disebabkan oleh penurunan produktivitas.

Sejak tahun 2019, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja belum mampu mengimbangi inflasi.

Hal ini akan berdampak pada rumah tangga yang pengeluarannya didominasi oleh makanan. Lalu pilihannya adalah angkutan umum dan mobil bekas yang menawarkan harga lebih murah.

“Jadi kalau produktivitas tenaga kerja lebih rendah dibandingkan kenaikan inflasi berarti terjadi pemburukan (penurunan) daya beli,” jelasnya.

Secara garis besar, Raden mengatakan, faktor turunnya penjualan mobil adalah rendahnya daya beli akibat menurunnya kelas menengah, serta turunnya produktivitas tenaga kerja.

Selain itu juga terkait dengan melambatnya pertumbuhan PDB per kapita, tingginya inflasi, nilai tukar, suku bunga, terbatasnya pendanaan dan peraturan pemerintah.

“Bagaimana kita bisa mendapatkan lebih banyak masyarakat kelas menengah, bagaimana kita bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan upah yang baik. Itu sebenarnya inti dari stagnasi penjualan mobil,” kata Raden.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *