Reporter Tribunnews.com Raynes Abdullah melaporkan
TRIBUNNEWS.
Menurut dia, bank sentral tidak punya banyak kekuasaan untuk mengendalikan nilai tukar rupee dan instrumen keuangan lainnya yang terus terdepresiasi.
Kebijakan ini juga sebagai upaya mencegah capital outflow dari Indonesia.
Esther mengatakan kenaikan BI rate akan memberikan beban besar bagi industri riil.
Bisnis yang meminjam dari bank mungkin mengalami peningkatan kredit bermasalah (NPL).
Kemungkinan NPL pasti ada, jadi kalau ada peminjam dan mau meminjam, sebaiknya BI memberikan keringanan pinjaman, ujarnya, Kamis (26/4/2024).
Pemerintah dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlanga Hararto sedang mempertimbangkan keputusan menaikkan suku bunga acuan untuk melindungi rupiah yang saat ini berada di bawah tekanan dolar AS.
Kenaikan BI rate diperkirakan akan memperkuat pasokan dolar di Indonesia pada Maret 2024, ketika neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus yang tinggi.
Selain itu, neraca ekspor-impor Indonesia meningkat menjadi $4,47 miliar pada periode hingga Maret 2024 dari $830 juta pada bulan Februari saja.
“Yang paling penting dalam menjaga mata uang adalah kita memiliki neraca perdagangan, dan neraca perdagangan BI yang akhirnya mulai menurun, meningkat lebih dari $4 miliar,” ujarnya.
Menurut dia, angka tersebut dimanfaatkan BI dengan baik untuk memperkuat pertahanannya terhadap pelarian modal.
Air Langa menilai mekanisme lindung nilai yang diterapkan BI sudah tepat untuk menjaga stabilitas rupee melalui kebijakan moneter.
Pasalnya, bank sentral AS berupaya mengendalikan tekanan inflasi dengan kebijakan suku bunga tinggi.
“AS sedang dalam tahap strategi jangka panjang. AS menggunakan strategi ini untuk melawan inflasi. Bagi negara seperti Indonesia, kita bisa memulihkan mata uangnya. Namun mekanisme pertahanan yang diterapkan berada pada koridor yang tepat,” Erlanga dikatakan. .