Dulu Musuh Bebuyutan, Yunani dan Turki Ingin Pererat Hubungan Dagang

Turki dan Yunani telah lama terpisah karena konflik, sebagian besar karena sengketa perbatasan maritim dan status pulau Siprus, yang terbelah dua sejak invasi Turki sekitar 50 tahun lalu.

Hingga saat ini, ketegangan antara Athena dan Ankara kerap berujung pada bentrokan militer. Namun sekitar satu setengah tahun lalu, dua musuh besar ini ingin mencari perdamaian melalui dialog.

Akibatnya, pesawat tempur Turki dan Yunani berhenti berpatroli di Laut Aegea selama 18 bulan terakhir. Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak lagi melakukan serangan verbal terhadap negara tetangganya. Pada bulan Desember 2023, ia mengunjungi Athena dan menandatangani perjanjian persahabatan dengan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis.

Pada Senin (13 Mei), giliran Mitsotakis yang mengunjungi ibu kota, Ankara. Namun harapan yang muncul pada awal tahun 2024 semakin memudar karena negosiasi mengenai garis perbatasan atau status Siprus terhenti.

Namun, Mitsotakis dan Erdogan bersikeras menghadirkan “agenda positif” yang ingin mereka laksanakan dalam hubungan kedua negara. Keduanya menyatakan puas dengan kemungkinan kerja sama di bidang pariwisata, perdagangan dan manajemen bencana. Kontroversi dengan Hamas

Kedua kepala negara tampak berusaha meminimalisir perbedaan, kecuali soal perang Gaza.

Ketika perdana menteri Yunani menegaskan hak Israel untuk membela diri, presiden Turki menuduh Israel melakukan genosida. Erdogan juga menolak menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.

“Hamas adalah organisasi perlawanan,” kata Erdogan, “ini adalah pendekatan brutal untuk melabeli mereka yang berusaha melindungi rakyatnya sebagai teroris.”

Namun Mitsotakis lebih menekankan persamaan daripada perbedaan. “Kami berbeda pendapat mengenai masalah Hamas. Namun kami sepakat bahwa gencatan senjata segera diperlukan, terutama untuk melindungi warga sipil Palestina.” Pendekatan diplomatis membuahkan hasil

Mitsotakis dan Erdogan mengaku lebih memilih fokus pada isu yang telah mereka sepakati. Perdana Menteri Yunani berbicara tentang “normalitas produktif” dalam kerja samanya dengan presiden Turki, yang telah bertemu empat kali dalam sepuluh bulan terakhir.

Hasil positif dari hubungan Yunani-Turki mencakup kerja sama dalam mencegah krisis pengungsi dan memfasilitasi visa bagi warga negara Turki yang ingin mengunjungi beberapa pulau di Yunani.

Kedua kepala negara menilai penting untuk memperkuat kerja sama di laut dan darat untuk mencegah migrasi ilegal. Erdogan juga mendukung kerja sama yang lebih erat dengan Yunani dalam perang melawan terorisme.

Mereka menegaskan kembali tujuan yang ditetapkan pada bulan Desember untuk menggandakan perdagangan bilateral menjadi USD 10 miliar selama lima tahun ke depan dan merayakan pembentukan Dewan Ekonomi Yunani-Turki.

Mitsotakis dan Erdogan juga menandatangani nota kerja sama penanggulangan bencana alam yang dilandasi kesatuan kedua negara jika terjadi gempa. Kebuntuan di Siprus

Meskipun Erdogan telah berulang kali menekankan bahwa “tidak ada masalah antara Yunani dan Turki yang tidak dapat diselesaikan, tidak peduli seberapa besar masalahnya,” jelas bahwa kedua negara memiliki posisi yang sangat berbeda dalam berbagai isu inti.

Dia menyerukan “solusi yang adil” terhadap masalah Siprus, mengacu pada “solusi dua negara independen.” Bagi Yunani, Siprus dan PBB, satu-satunya solusi yang dapat diterima adalah reunifikasi penuh.

Erdogan memperkirakan “minoritas Turki” di Yunani bisa membangun “jembatan persahabatan” antara kedua negara. Pemerintah Yunani tidak mengakui minoritas Turki, tapi hanya Islam. Pasalnya, baik penduduk Turki maupun Yunani secara eksplisit digolongkan dalam Perjanjian Lausanne yang mengatur hubungan kedua negara pada tahun 1923.

Perbedaan terbesar terlihat pada persoalan Biara Khora yang kini diubah Erdogan menjadi masjid. Khora adalah gereja dari zaman Bizantium dan telah berfungsi sebagai museum sejak berdirinya Republik Turki. Bangunan bersejarah ini telah lama mendapat status Warisan Dunia UNESCO.

Mitsotakis berjanji untuk membicarakan masalah ini dengan Erdogan. Usai pertemuan, ia mengaku sempat menyuarakan keprihatinannya secara langsung, namun menekankan pentingnya “melestarikan nilai budaya kota ini agar dapat dikunjungi oleh semua pihak”.

Rzn/as

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *