TRIBUNNEWS.COM – Zeifullah Al-Shami, Menteri Penerangan Pemerintah Pembebasan Nasional yang berhaluan Houthi di Yaman, mengatakan Yaman akan melancarkan operasi militer di Laut Mediterania.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk mendukung rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza.
Zeifolah al-Shami melontarkan komentar tersebut dalam sebuah wawancara dengan Al Mayadeen TV yang berbasis di Beirut, Lebanon.
“Yaman berkomitmen membantu mengakhiri perang di Gaza dan blokade wilayah Palestina yang dilakukan rezim Israel,” ujarnya, Sabtu (4/5/2024). Houthi memperluas wilayah operasi melawan Israel
Sebelumnya, juru bicara militer Yaman Yahya Saari mengatakan pada hari Jumat bahwa rencana operasi militer di Laut Mediterania adalah serangan tahap keempat terhadap “segitiga serangan”, yaitu AS, Inggris dan rezim Israel.
Yahya Sari mengatakan pada Jumat (3/5/2024), “Jika rezim Israel menyerang Rafah, semua kapal yang terkait dengan rezim tersebut akan dikenakan sanksi tanpa memandang kewarganegaraannya.”
“Operasi Mediterania akan menyasar semua kapal yang melanggar pembatasan pelayaran terkait Israel dan mencapai pelabuhan di wilayah pendudukan Israel melalui laut,” lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa Yaman sedang memantau situasi di Jalur Gaza.
“Yaman memantau dengan cermat situasi di Gaza, perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung, dan rencana rezim Israel melancarkan serangan darat ke kota Rafah di selatan,” katanya seperti dikutip Al Jazeera.
Dia mengklaim bahwa Israel menuntut pembebasan tahanannya tanpa gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.
Pemerintahan Yaman yang dipimpin Houthi di Sana’a sejak pertengahan 19 November 2023 telah menargetkan kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel di Laut Merah, Selat Bab al-Mandab, dan Samudra Hindia sebagai tanggapan atas serangan Israel di Jalur Gaza.
Houthi terus melanjutkan operasinya meskipun AS dan Inggris melakukan serangan udara di wilayah Yaman dengan dalih melindungi jalur laut internasional.
Namun, Houthi mengatakan serangan udara tersebut merupakan bagian dari dukungan aliansi AS-Inggris terhadap rezim Israel dalam perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Jumlah korban
Israel terus melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (4/5/2024) jumlah warga Palestina yang tewas meningkat menjadi 34.654 orang dan 77.908 orang luka-luka, serta 1.147 orang tewas di wilayah Israel, Anadolu Reports.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk menghadapi pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa.
Menurut perkiraan Israel, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Hamas masih menyandera sekitar 136 sandera di Jalur Gaza.
Sementara menurut laporan Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel