Tribun News.com, Jakarta – Akademisi dan dosen Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Dr. Hussain Abdullah menceritakan terpilihnya Yahya Sinwar menggantikan Ismail Hanih sebagai pemimpin politik Hamas sebagai tanggapan terhadap.
“Yahya Sinwar adalah sosok yang paling berpengaruh sebagai pemimpin militer Hamas yang kini menggantikan Hanih,” kata Hussein dalam kesaksiannya, Rabu (7/8/2024).
Menurutnya, Yahya Sinwar adalah orang yang paling memahami alasan dirinya menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Karena beliaulah orang yang paling memahami mengapa penyerangan terhadap Israel dilakukan, maka Yahya Sinwar harus tahu bagaimana cara mengakhiri perang tersebut, kata Hussein Abdullah.
Sebagai pemimpin militer yang kini diangkat menjadi pemimpin politik Hamas, Hussein mengatakan Yahya Sinwar berada pada posisi yang sangat strategis dan penting untuk meningkatkan hubungan dengan Fatah.
Kemudian, lanjut Hussein, mereka berdiskusi bersama tentang cara damai untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Sebab Yahya masih punya pengaruh kuat dalam rantai komando militer Hamas, dan kini menjadi pemimpin politik tertinggi Hamas, ujarnya.
Menurut Hussain, potensi kekuatan yang dimiliki Yahya Sinwar dapat dimanfaatkan untuk mengakhiri jalur kekerasan secara adil dan bermartabat demi solusi damai permasalahan Palestina dan Israel.
Proses seleksi Yahya Sinwar
Pada 31 Juli 2024, Yahya Sinwar terpilih menjadi pemimpin baru Hamas menggantikan Ismail Hanih yang tewas dalam serangan di Teheran, Iran.
Yahya Sinwar diangkat melalui pemilihan oleh Dewan Suro.
Sinwar dipilih oleh 50 anggota Dewan Syura Hamas.
Ini adalah badan penasihat yang terdiri dari pejabat yang dipilih oleh anggota Hamas di empat wilayah Gaza, Tepi Barat, Diaspora, dan penjara Israel.
Sinwar, yang dituduh Israel mendalangi serangan mematikan tanggal 7 Oktober, kini menjadi salah satu orang paling dicari Israel.