Dorong Pencapaian Target Net Zero Emission di 2060, Perdagangan Karbon Dimasifkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PLN Indonesia Power (PLN IP) mendukung pemerintah untuk mengurangi emisi dan mempercepat transisi energi melalui perdagangan karbon.

PLN IP juga menargetkan penjualan dua kali lipat pada tahun-tahun berikutnya dibandingkan tahun 2023.

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan perdagangan karbon merupakan inovasi bisnis PLN yang dapat mendukung pencapaian net zero emisi (NZE) pada tahun 2060.

Menurut dia, pihaknya juga telah menerapkannya, ditandai dengan diperolehnya nilai emisi gas rumah kaca dari Lembaga Gas Rumah Kaca (GRK) independen yang diakreditasi Sucofindo di sejumlah unit pembangkit IP PLN.

Edwin menulis pada Kamis (25/4/2024): “Perdagangan karbon merupakan pengembangan bisnis yang melampaui kWh yang juga dapat mengurangi emisi karbon.”

Edwin mengungkapkan pada tahun 2023, perdagangan karbon PLN Indonesia Power telah mencapai 2.428.203 ton CO2 dan akan meningkat dua kali lipat pada tahun-tahun berikutnya.

“Target perdagangan karbon akan berlipat ganda pada tahun-tahun mendatang mulai tahun 2023,” kata Edwin.

Unit pembangkit listrik PLN Indonesia yang berkontribusi terhadap perdagangan karbon pada tahun 2023 adalah 10 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Di antaranya PLTU Suralaya, PLTU Banten 1 Suralaya, PLTU Adipala, PLTU Ombilin, PLTU Labuan, PLTU Pangkalan Susu, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Labuan Angin, dan PLTU Teluk Sirih.

“PLTU Suralaya merupakan penyumbang penurunan karbon terbesar yaitu sekitar 1,5 juta ton CO2,” ujarnya.

Menurut Edwin, capaian dan tujuan IP PLN dalam perdagangan karbon adalah membantu pemerintah mencapai target Kontribusi Nasional (NDC) 2030 dan NZE 2060.

“Dengan menerapkan perdagangan karbon melalui PLN Indonesia Power, kami berkontribusi dalam mengurangi laju perubahan iklim dan kerusakan lingkungan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *