TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Perindustrian terus mendorong pembangunan kelapa sawit berkelanjutan berbasis riset dan inovasi.
Melalui kegiatan penelitian dan inovasi yang dilakukan pada sektor industri komersial, sektor kelapa sawit di masa depan diyakini akan bertransformasi menjadi industri yang dapat mendukung pertumbuhan perekonomian nasional yang berkualitas dan berkelanjutan.
“Kelapa sawit merupakan model dan contoh sukses industrialisasi, baik itu produksi pangan (oleofood), non pangan (oleokimia), minyak terbarukan (bio) hingga bahan baru ramah lingkungan (biomaterial) sawit, di tingkat industri, kata Bapak Putu Joli Ardika, General Manager Industri Pertanian Kementerian Perindustrian, pada pembukaan Pekan Penelitian Kelapa Sawit Indonesia 2024 (Perisai) di Nusa Dua, Bali, Kamis. (3/10/2024).
Sekjen Perindustrian Pertanian menyampaikan, perkembangan produk jadi kelapa sawit dalam sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan. Awalnya ada 45 jenis produk, kini sudah ada lebih dari 200 jenis produk dari bawah air. Selain itu, keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak lepas dari kontribusi sektor pengolahan kelapa sawit yang tergolong subsektor agroindustri yang berdaya saing tinggi.
“Data menunjukkan pada tahun 2023, nilai ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai Rp 450 triliun atau menyumbang 11,6% dari total ekspor nonmigas. Jika ditotal, usahanya akan mencapai Rp 800 triliun 16,2% dari ekspor migas, jelasnya. Satu juta pekerja, termasuk pekerja tidak langsung yang terkait dengan agribisnis akar rumput atau petani kecil.
Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin mendukung upaya semua pihak dalam mengembangkan inovasi teknologi pada industri pengolahan kelapa sawit, baik di sektor hulu maupun hilir. “Kami juga berupaya memfasilitasi perkembangan teknologi industri dengan menyiapkan kebijakan untuk mendorong inovasi, serta menjodohkan pihak-pihak dalam kampanye inovasi baru,” tambahnya.
Pak Bhutto menilai pentingnya menciptakan kelompok multi-stakeholder dalam kegiatan penelitian untuk menghasilkan pemimpin. Contoh keberhasilan konsorsium riset yang difasilitasi Kementerian Perindustrian adalah teknologi pelapisan minyak sawit untuk memperpanjang umur simpan buah-buahan tropis.
Dijelaskannya, “Penelitian dengan dukungan Kementerian Perindustrian ini berhasil menghubungkan kebutuhan industri dengan penelitian inovatif, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk penggunaan komersial.”
Untuk mendorong penggunaan teknologi modern dan mendorong kegiatan penelitian, Mana terus menerapkan strategi, termasuk merekayasa ulang struktur mekanisme produksi. Selain itu, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan sedang membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) untuk mendukung kerja sama penelitian ini.
“Kami sangat terbuka menggunakan IMC untuk memfasilitasi tindak lanjut hasil penelitian hingga komersialisasi. Kami juga mendorong perusahaan industri pengolahan kelapa sawit untuk mendirikan pusat penelitian di Indonesia,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kemenperin berharap Gerakan Perisai pada tahun 2024 dapat mempersempit kesenjangan tersebut dengan mempertemukan peneliti dengan pengusaha di industri untuk mempercepat implementasi hasil penelitian.
“Kami melihat pentingnya acara Perisai 2024 yang diselenggarakan tahun ini untuk kedelapan kalinya sejak berdirinya BPDPKS, dimana banyak dibahas inovasi penelitian dari sisi pertanian, keanekaragaman produk akhir, dan pemanfaatan biofuel, sosial ekonomi pendidikan, menuju transformasi digital dalam bisnis kelapa sawit.
Menurutnya, hasil riset produk-produk yang diproduksi secara komersial telah menunjukkan potensi manfaat signifikan yang masih dapat digali dari pengembangan hilirisasi produk sawit. Dengan meningkatnya inovasi dan kolaborasi antara industri dan penelitian, kontribusi kelapa sawit terhadap basis perekonomian Indonesia menjadi semakin penting.