TRIBUNNEWS.COM – Dukungan terhadap Israel pada pemilu AS 2024 menjadi salah satu perdebatan utama antara calon presiden berikutnya, terutama Donald Trump dan Kamala Harris.
Kedua politisi tersebut memiliki banyak pengalaman dan kebijakan dalam menghadapi Israel, namun mereka memiliki pendekatan yang berbeda.
Selama menjabat, Donald Trump dikenal sebagai presiden AS yang pro-Israel, terutama dengan keputusannya memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem dan pengakuannya atas kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Sementara itu, Kamala Harris mendukung keamanan Israel sebagai wakil presiden di pemerintahan Joe Biden, namun lebih fokus pada diplomasi seimbang yang mengedepankan solusi dua negara.
Tribunnews mengkaji siapa di antara mereka yang lebih pro-Israel dan bagaimana perbedaan kebijakan mereka mempengaruhi hubungan AS-Israel. Donald Trump menyambut hangat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. (Negarawan) 1. Teman Israel, Trump
Menurut DW, berdasarkan video yang diposting di situs media sosial Truth Social, Trump menganggap dirinya sebagai presiden paling pro-Israel dalam sejarah AS. 2. Relokasi Kedutaan Besar AS
Pada bulan Desember 2017, Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kemudian, pada tanggal 14 Mei 2018, Amerika Serikat membuka kedutaan barunya di Yerusalem, lapor Reuters.
Meskipun langkah ini menyenangkan Israel, namun hal ini membuat marah Palestina.
Trump mengikuti undang-undang tahun 1995 yang mengharuskan dia memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem.
Namun, presiden sebelumnya Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama secara rutin menandatangani konsesi. 3. Mengenal Dataran Tinggi Golan
Al Jazeera melaporkan bahwa pada 25 Maret 2019, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump secara resmi mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah independen Israel.
Kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan diakui untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1981, pemerintah Israel mengesahkan Undang-Undang Dataran Tinggi Golan, yang secara efektif mencaplok wilayah tersebut.
Namun, berdasarkan hukum internasional, Dataran Tinggi Golan dianggap sebagai bagian dari Suriah, meski berada di bawah pendudukan militer Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1967.
Menurut Britannica, Abraham Accords merupakan serangkaian perjanjian yang ditandatangani antara Israel dan beberapa negara Arab untuk menormalisasi hubungan.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada paruh kedua tahun 2020 dan mencakup perjanjian bilateral antara Israel, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko.
Nama perjanjian dikaitkan dalam Alkitab dengan Abraham, nenek moyang orang Yahudi dan Arab, dan diberikan sebagai ungkapan persaudaraan.
Perjanjian Abraham dirayakan secara luas sebagai pencapaian bersejarah bagi perdamaian Timur Tengah dan bermanfaat bagi Israel. 5. Keluar dari kesepakatan Iran
The New York Times melaporkan bahwa pada tanggal 8 Mei 2018, Amerika Serikat mengumumkan penarikan diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
JCPOA adalah perjanjian yang ditandatangani oleh Iran dan P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman) pada Juli 2015 mengenai program nuklir Iran.
Langkah tersebut mendapat dukungan kuat dari pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Israel menganggap Iran sebagai ancaman dan menentang perjanjian tersebut. Kamala Harris Kamala Harris bersama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di kantornya di Yerusalem, November 2017. (Amos Ben Gershom/GPO) 1. Di bawah pemerintahan Joe Biden
Menurut opendemocracy.net, banyak posisi Kamala Harris di Palestina yang mewakili Joe Biden.
Faktanya, para pejabat pemerintahan Biden mengatakan tidak ada perbedaan yang jelas antara posisi Harris mengenai perang Israel di Gaza dan posisi Biden. 2. Mengatakan bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri
Pada Agustus 2024, Kamala Harris mengeluarkan pernyataan terkuatnya terkait perang Israel-Hamas dan krisis kemanusiaan di Gaza.
“Saya selalu mendukung hak Israel untuk membela diri dan menekankan bahwa Israel akan mampu mempertahankan diri,” ujarnya. 3. Ia menyatakan simpatinya terhadap Palestina dan menyerukan bantuan kemanusiaan ke Gaza
Namun pada saat yang sama, tidak seperti Trump, pemerintahan Harris dan Biden menekankan penderitaan rakyat Palestina dan menyerukan lebih banyak bantuan.
“Apa yang terjadi di Gaza dalam 10 bulan terakhir sungguh mengerikan. Begitu banyak orang tak berdosa yang meninggal. Skala penderitaannya sangat memilukan.” 4. Menekankan kerja sama yang erat antara Amerika Serikat dan Israel dalam perang melawan Hamas
Menurut siaran pers Middle East Institute, Harris menyambut baik meninggalnya pemimpin Hamas Sinwar dan menekankan kerja sama yang erat antara kedua negara.
(Tribunnews.com, Tiara Shelawi)