Dolar AS Ambruk Mendekati Rp16.000, Ini Biang Keroknya

Reporter Tribunnews.com Dennis Destrevan melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tekanan sentimen global menyebabkan melemahnya dolar AS yang melemah terhadap dolar AS pada Rabu (7/8/2024).

Menurut Ekonom Ibrahim Aswaibi, pada perdagangan besok, nilai tukar rupee berfluktuasi namun terpatok kuat di kisaran Rp. 15.980 – 16.050 Rp.

Ia menjelaskan alasan yang menyebabkan jatuhnya dolar AS.

“Perdagangan yang lemah dikombinasikan dengan data pekerjaan AS yang lemah dari perkiraan pada hari Jumat, dan hasil mengecewakan dari banyak perusahaan teknologi yang merilis penjualan ekuitas global, semakin memperkuat pelemahan tersebut,” kata Ibrahim, Rabu (7/8/2024). .

Sementara itu, kata Ibrahim, para pedagang mengharapkan pemotongan sebesar 110 basis poin (bps) dari bank sentral AS tahun ini, menempatkan suku bunga sekitar 70 persen dari pemotongan 50 bps pada bulan September, dari 85 persen pada hari Senin terhadap CMA. Alat FedWatch.

“Para pengambil kebijakan Bank Sentral AS pada hari Senin menolak gagasan bahwa data bulan Juli lebih lemah dari perkiraan, sifat perekonomiannya, namun ia juga mengatakan The Fed harus menurunkan suku bunganya sebagaimana mestinya.

Selain itu, Wakil Gubernur BOJ Shinichi Uchida mengatakan bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga ketika pasar berfluktuasi. Komentarnya meningkatkan harapan bahwa harga saham Jepang tidak akan naik secepat perkiraan bank.

BOJ menaikkan suku bunga pada minggu lalu dan mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut pada tahun ini, dengan perubahan sikap yang tidak terduga berdampak buruk pada pasar Jepang.

Belakangan, jumlah impor dari Tiongkok meningkat lebih dari perkiraan, yang menunjukkan stabilnya konsumsi dalam negeri. Namun, surplus perdagangan negara tersebut lebih tinggi dari perkiraan, karena emisinya diimbangi oleh tarif perdagangan Eropa terhadap mobil listrik Tiongkok.

“Tarif yang berlaku saat ini yang bisa mempengaruhi permintaan barang,” jelas Ibrahim.

Namun di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyebutkan posisi devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 tercatat sebesar US$ 145,4 miliar dibandingkan posisi akhir Juni 2024 sebesar US$ 140,2 miliar. Perluasan rekening valuta asing disebabkan oleh penerbitan dana internasional oleh pemerintah serta pendapatan dan jasa.

Posisi devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, atau lebih di tingkat internasional selama hampir tiga bulan impor.

Bank Indonesia meyakini perbankan nasional dapat mendukung stabilitas sektor eksternal dan menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa masih cukup untuk terus mendukung stabilitas sektor eksternal.

Ekspor terus membaik dan keseimbangan mata uang dan mata uang diperkirakan akan terus membaik seiring dengan optimisme investor terhadap prospek perekonomian negara dan imbal hasil modal yang baik sehingga membantu menjaga stabilitas eksternal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *