TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan dalam 24 jam terakhir 85 warganya tewas dan 200 lainnya luka-luka di kawasan Rafah.
Pasukan Israel atau IDF memblokir semua titik masuk ke wilayah tersebut, menjadikan Rafah sebagai “neraka”.
Al Jazeera mengutip seorang pejabat PBB yang menggambarkan situasi tersebut sebagai “tragedi, mimpi buruk, neraka di bumi, semua itu, dan yang lebih buruk lagi.”
Sementara itu, media Saudi Alarabiya memberitakan bahwa Badan Pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) mengatakan pada Selasa (21/5/2024) bahwa distribusi makanan di selatan kota Rafah Gaza, saat ini dikepung karena kurangnya pasokan dan ketidakamanan. .
UNRWA mengatakan dalam sebuah pernyataan
Negara Israel melancarkan serangan baru di Gaza tengah pada hari Senin, menyerang kota-kota di utara daerah kantong Palestina dan mengatakan pihaknya bermaksud untuk memperluas operasi di Rafah meskipun ada peringatan AS tentang risiko banyak kematian di kota selatan tersebut.
Serangan gabungan Israel di Gaza selatan dan utara bulan ini telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi lagi dari rumah mereka, sehingga sangat mengurangi aliran bantuan dan dengan demikian meningkatkan tingkat kelaparan. Terancam kelaparan
Mesir mengatakan kehadiran IDF di gerbang perbatasan merupakan ancaman untuk membantu penyelamatan penyeberangan Rafah.
“Penghentian pengiriman bantuan melalui penyeberangan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza terkait dengan ancaman terhadap operasi kemanusiaan akibat kehadiran militer Israel di wilayah tersebut,” kata Menteri Luar Negeri Mesir pada Senin, menurut Reuters. laporan
Operasi militer IDF bahkan truk yang membawa bantuan kemanusiaan harus dikirim ke Gaza.
“Sekarang ada tentara di belakang penyeberangan Rafah dan operasi militer yang membahayakan pekerja bantuan dan pengemudi,” kata Sameh Shoukry kepada wartawan setelah bertemu dengan rekannya dari Yunani di Kairo.
“Prosedur yang diprovokasi tentara Israel berdampak pada penggunaan penyeberangan Rafah,” ujarnya.
Aktivitas di penyeberangan Rafah, yang berada di perbatasan sepanjang 13 km (8 mil) antara Mesir dan Jalur Gaza, telah ditangguhkan ketika Israel meningkatkan serangan militernya dan mengambil kendali penyeberangan dari Jalur Gaza pada 7 Mei. .
Pengiriman bantuan internasional tertahan di sisi perbatasan Mesir, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa lebih banyak makanan akan hilang.
Sebagian wilayah Gaza berisiko mengalami kelaparan setelah lebih dari tujuh bulan perang.
Sebagian besar bantuan yang dikirim ke Gaza sejak dimulainya konflik Israel-Palestina pada bulan Oktober berasal dari Mesir.
Bantuan memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah atau Karm Abu Salem dekat perbatasan antara Israel dan Wilayah Palestina.
Shoukry meminta Israel untuk membuka lebih banyak langkah untuk menyalurkan bantuan.
“Ada penutupan militer yang harus dilakukan jika ada kekhawatiran kemanusiaan mengenai apa yang terjadi di Gaza,” katanya. (Tribunnews.com/Al Jazeera/Alarabiya/Reuters)