Laporan Koresponden Tribunnews.com Endrapta Pramudias
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Mantri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan suku bunga acuannya.
Bank Indonesia memangkas BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00 persen.
Mengutip konsensus pasar, Darmwan memperkirakan BI akan memangkas suku bunga utamanya pada akhir tahun ini.
“Kalau kita lihat konsensus pasar, diperkirakan ada satu kali lagi, tapi tergantung BI. (menurunkan) 25 bps. Tapi menurut rencana konsensus pasar, masih memungkinkan. Pengurangan lebih banyak lagi,” ujarnya, Senin (30/9/2024) di Jakarta Selatan.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Vargeo mengungkapkan setidaknya ada lima alasan mengapa suku bunga acuan diturunkan menjadi 6 persen pada September.
Pertama, semakin jelas bahwa bank sentral AS, Fed Funds Rate (FFR), akan memangkas suku bunganya. Perry juga memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.
“Analisis banyak pelaku pasar memperkirakan FFR akan turun tiga kali pada tahun ini dan empat kali pada tahun depan. Berdasarkan data terkini dan estimasi terkini perkiraan kami kemungkinan akan turun pada September, November, dan Desember. Tahunnya masing-masing sebesar 25 basis poin, ujar Perry pada konferensi pers RDG BI, Rabu (18/9/2024).
Alasan kedua adalah nilai tukar rupee yang stabil dan terapresiasi. Rupee tercatat menguat dari Rp 15.300 menjadi Rp 15.400 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga inflasi rendah dan tepat sasaran.
“Jadi, sekarang saat yang tepat untuk memangkas suku bunga karena kalaupun suku bunga turun, kami memperkirakan inflasi akan terkendali di angka 2,5 persen atau minus 1 persen, sehingga inflasi terkendali termasuk inflasi inti yang rendah. Pemda dan BI melalui GNPIP untuk menjamin inflasi terus kita lakukan,” jelasnya.
Perry mengatakan dengan penurunan suku bunga, inflasi terkendali sehingga BI dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial bertujuan untuk mendorong sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Sampai saat ini kita mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan utang, melalui insentif kebijakan likuiditas makroprudensial, dan seperti yang kami sampaikan sebelumnya, jumlahnya sudah sangat besar,” jelas Perry.
“Alasan yang kelima adalah perbankan mendukung urusan keuangan, khususnya pembiayaan keuangan, karena imbal hasil SBN akan semakin rendah, sehingga pembiayaan keuangan juga akan didukung. Nah ini 5 alasannya, waktunya tepat. volumenya 25 bps,” tegasnya.