Laporan reporter Tribunnews.com Endrapt Pramoudiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog (Dirut) yang baru, Wahu Suparyo, belum memberikan instruksi lebih lanjut terkait proses akuisisi perusahaan beras asal Kamboja tersebut.
Permintaan akuisisi perusahaan beras Kamboja ini datang langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasca pergantian CEO dari Bayu Krisnamurthy menjadi Vahya Suparyon, proses akuisisi ini masih belum menemukan kejelasan.
Saat ini Wahyu masih fokus pada integrasi internal di dalam perusahaan.
“Baru seminggu (CEO baru menjabat). Dia belum memberikan arahan mengenai investasi ke depan, masih melakukan konsolidasi secara internal,” kata Sonia Mamariska, Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog, kepada wartawan di Bali. , dilansir Jumat (20 September 2024).
Meski belum ada arahan dari Wahoo, Sonia mengatakan proses evaluasi masih terus berjalan.
“Saat ini kami masih mengkajinya terlebih dahulu karena ada berbagai alternatif dan opsi yang harus kami pikirkan,” ujarnya.
Sebelumnya, saat Bayu Krisnamurthy masih menjabat Ketua Umum, Bulog disebut masih melakukan riset untuk mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja.
Baiu mengatakan penelitiannya intensif, termasuk berdiskusi dengan pengusaha di Kamboja.
“Untuk Kamboja, kami telah mengirimkan tim teknis, melakukan penelitian intensif dan berdiskusi dengan berbagai pihak, termasuk dunia usaha Kamboja, serta negara tetangga yang berbisnis dengan Kamboja,” ujarnya di kantor pusat Perum Bulog, Kuningan Timur. Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).
Baiu mengatakan pihaknya belum menemukan jumlah investasi yang tepat untuk berinvestasi dalam akuisisi perusahaan beras Kamboja.
Ia meyakinkan akan terus mengkaji dan menjajaki berbagai peluang yang ada.
“Yang belum kami ketahui adalah berapa banyak investasi yang ingin kami lakukan ketika kami sampai di sana. Kami belum mengetahui jumlahnya. Oleh karena itu kami akan terus berusaha melihat peluang dan menjajakinya”, – Bayu. dikatakan.
Ada pula beberapa poin penting yang menjadi perhatian Bulog saat melakukan proses akuisisi perusahaan beras Kamboja.
Pertama, dia mengatakan kapasitas produksi beras Kamboja tidak besar dibandingkan Indonesia, Thailand, atau Vietnam.
“Jika kita ingin mengembangkan kegiatan di luar negeri, kita harus memikirkan skala ekonominya,” kata Bayou.
Permasalahan kedua adalah infrastruktur yang dapat mendukung proses produksi, baik di dalam maupun di luar lahan pertanian, relatif terbatas.
Bayu mengatakan, ada rencana membangun beberapa infrastruktur, namun saat ini belum ada.
“Yang saya maksud juga termasuk pelabuhan, jalan, listrik, itu semua penting sekali untuk bisnis beras,” kata Bayu.
Kekhawatiran ketiga adalah hubungan Kamboja dengan negara tetangganya yang sangat kuat, terutama dengan Vietnam.
Bisa dibilang, kata Bayu, produksi beras atau kegiatan pertanian di Kamboja masih berkaitan dengan Vietnam.
“Jadi kalau kita ke sana, kita akan menghadapi persaingan mereka yang sudah kuat dalam kemitraan ini,” jelas Bayou.
“Keadaan ini juga harus kita ukur, apalagi dilihat dari sisi ketersediaan pasokan, jadi Vietnam pasti sangat penting bagi Indonesia. Ini menjadi catatan tambahan yang perlu diperhatikan,” tutupnya.
Lugut menunjukkan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Badan Urusan Logistik (Bulog) akan segera mengakuisisi sumber beras di Kamboja.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara pada acara HUT Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ke-52 di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2024).
Menurut dia, akuisisi tersebut dilakukan atas instruksi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Luhut mengaku diminta Jokowi untuk melanjutkan proses akuisisi.
Bulog akan mengakuisisi banyak sumber beras di Kamboja, dan Presiden sudah memerintahkan saya untuk tidak melanjutkan, kata Luhut.
“Sudah ditindaklanjuti, sekarang tinggal kita lakukan,” imbuh Luhut.
Tanggapan Bulog saat itu
Perum Bulog mengabarkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan perusahaan pelat merah pangan itu mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja.
Direktur Pusat (Dirut) Perum Bulog Bayu Krisnamurthy saat itu menegaskan, pihaknya siap menunaikan misi tersebut.
“Prinsipnya kami siap menjalankan misi ini,” kata Bayou dalam keterangan tertulis, Rabu (6/12/2024).
Bayu mengatakan, pihaknya sudah menghubungi KBRI Phnom Penh.
Selain itu, Bulog juga menjalin kontak dengan beberapa pengusaha beras di Kamboja dan negara tetangga.
“Selama ini Bulog juga telah melakukan kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja, baik melalui program b to b maupun skema g to g pada tahun 2023 dan awal tahun 2024,” kata Bayu.
“Kami juga telah melakukan diskusi awal dengan perbankan nasional terkait peluang investasi ini,” tutupnya.