Dilaporkan ke KPK atas Dugaan Mark Up Harga Beras Impor, Bulog Mengaku jadi Korban

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Rantai Pasok dan Hubungan Masyarakat Perum Bulog Mohamad Suyamto membantah kabar pihaknya menaikkan atau mematok harga beras impor.

Suyamto mengatakan Vietnam Tan Long Company yang dikabarkan menawarkan beras tersebut tidak pernah mengikuti tender.

Vietnam Tan Long Company yang dikabarkan menawarkan beras, tidak pernah mengajukan penawaran setelah tender 2024 dibuka. Muhammad Suymato dalam keterangannya, Sabtu (6/7/2024), mengatakan, “Oleh karena itu, tahun ini tidak ada kontrak ekspor. bersama kami.”

Hal senada juga diungkapkan Arvakhudin Vidyarso, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog.

“Analogikan saja, misalnya harga pasaran saat ini Rp 12.000/Kg. Masyarakat yang tidak pernah mengikuti proses lelang tiba-tiba mengaku bisa menjual beras seharga Rp 5.000/Kg, namun tidak pernah berniat untuk menjual dan mengirimkannya. memiliki barang tersebut, sehingga mereka membatalkan keikutsertaannya dalam pelelangan.

“Jika mereka tetap mengikuti lelang dan menawarkan harga tersebut tetapi gagal mengirimkan barang, pasti kami akan dikenakan denda sekian persen dari nilai kontrak,” ujarnya.

Vidyarso mengatakan, terlalu mudah meminta penawaran murah jika barang yang tepat tidak ada dan tidak pernah terkirim.

Dia mengatakan, pemberitaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak berdasarkan fakta menimbulkan kesan buruk di masyarakat dan merugikan Bulog.

Selain itu, kata dia, Bulog kini giat melakukan pembaharuan dengan melakukan transisi di seluruh lini bisnisnya.

“Kami menepati janji untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang terpercaya sehingga dapat berkontribusi lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan hal ini sejalan dengan 4 visi transformasi kami yaitu kepemimpinan, kepercayaan, pelayanan prima dan Transformasi komunitas.” di Peram Blog dan Direktur Hubungan Antar Lembaga Sonya Mamoriska menambahkan.

Kini Peram Bulog mendapat tugas dari Kementerian Perdagangan untuk mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton pada tahun 2024. Pada periode Januari-Mei 2024, impor mencapai 2,2 juta ton.

Oleh Peram Bulog secara berkala meninjau neraca beras nasional dan mencegah eksploitasi lokal terhadap beras dan biji-bijian.

Hingga akhir Juni, Peram Bulog telah mengonsumsi 800.000 ton beras dalam negeri dan optimistis bisa memanen 1 juta ton beras dan melampaui target pemerintah. Bulog dan Bapanao melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi

Riset Demokrasi Rakyat (SDR) pada Rabu (3/7/2024) melaporkan Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menaikkan harga beras impor.

Badan Pangan Nasional (BAPNAS) dan Perseroan Terbatas Bulog (Peram) mengajukan pengaduan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tuduhan menaikkan harga beras impor.

Direktur SDR Hari Purwanto selaku wartawan mengatakan, jumlah beras yang diimpor sebanyak 2,2 juta ton dan nilainya Rp 2,7 triliun.

“Harganya jauh lebih tinggi dari harga yang diusulkan. Penandaan ini menunjukkan tanda-tanda praktik,” kata Hari saat ditemui awak media usai pemberitaan dari kantor Riset Demokrasi Rakyat (SDR) KPK, Rabu (3/7/2024). dituduh menaikkan atau menandai harga, dilaporkan ke Badan Pangan Nasional (KPK) dan Perusahaan Beras Impor (Kompas.com/Syakirun Ni’am).

Hari mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan dari perusahaan Vietnam, Tan Long Group, yang menawarkan 100.000 ton beras dengan harga US$538 per ton secara free-on-board (FOB) dan US$573 per ton. Ton termasuk biaya, asuransi dan pengangkutan (CIF).

Dalam skema FOB, biaya pengiriman dan asuransi ditanggung oleh importir.

Sedangkan biaya pengiriman dan penanganan serta penanganan kargo di CIF ditanggung oleh eksportir.

“Ten Long Group, kami juga (masuk dalam laporan) sebagai salah satu pelaku yang terlibat dalam impor beras pada periode Januari-Mei,” kata Hari.

Hari kemudian memaparkan data perbandingan dan menyebutkan harga yang dibayar negara untuk impor beras lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan perusahaan asing.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Maret 2024, pemerintah mengimpor beras sebanyak 567,22 ribu ton senilai 371,60 juta dolar.

Dari data tersebut, Bulog menemukan harga rata-rata beras impor adalah $655 per ton.

Jika kita bandingkan dengan harga beras impor dengan skema FOB yaitu $573 per ton, maka diperoleh selisih harga sebesar $82 per ton.

Jumlah ini meningkat 2,2 juta ton dan terdapat selisih total biaya sebesar 180,4 juta dolar.

Jika menggunakan kurs Rp15.000 per dolar, perkiraan selisih harga beli beras impor diperkirakan Rp2,7 triliun, kata Hari.

Selain itu, pihaknya juga menduga Bapanas dan Bulog merugikan negara karena harus membayar denda Rp 294,5 miliar ke pihak pelabuhan. Kerusakan terjadi karena 490.000 ton beras ekspor Bulog ditutup di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada pertengahan hingga akhir Juni 2024.

Berdasarkan informasi yang diterima, beras tersebut terlambat diturunkan karena Bapa membutuhkan wadah untuk mengirimkan beras impor tersebut ke Bulog.

Proses pengirimannya diklaim lebih lama dibandingkan cara sebelumnya yang menggunakan kapal besar tanpa kontainer, kata Hari.

Di sisi lain, Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto mengatakan pihaknya tidak bisa mempublikasikan laporan dugaan korupsi yang diterima. Informasi rahasia mencakup identitas pelapor dan isi pengaduan.

Tessa mengatakan, “Jika pelapor membukanya kepada wartawan, itu di luar kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi.”

Artikel ini sebagian dimuat di Kompas.com dengan judul “KPK diduga melakukan mark up” impor beras senilai Rp 2,7 triliun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *