TRIBUNNEWS.COM — Nama Sukolilo belakangan ini sedang populer. Namun, “desa pencuri”, “desa kolektor” dan sebagainya. terkenal karena mendapatkan beberapa nama panggilan baru yang buruk
Julukan tersebut bukan tanpa alasan, peristiwa yang sangat menyakitkan terjadi di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Warga Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, memukuli pemilik mobil hingga tewas karena disangka pencuri mobil.
Meski korban merupakan pemilik mobil, namun warga Sumbersoko yang datang mengambil paksa mobilnya tidak mengembalikan mobil tersebut.
Peristiwa itu akhirnya terungkap karena ada oknum yang memanfaatkan uang yang diterima dari beberapa warga sekitar.
Warganet pun langsung mengecam kawasan tersebut sebagai “kampung maling” dan “kampung pengepul” bahkan menuliskan judul lokasi Kecamatan Sukolilo di Google Maps. Asal usul nama Sukolilo
Setelah cerita tersebut, nama Sukolilo menjadi doa masyarakat setempat.
Berdasarkan penelusuran arsip IAIN Jerusalem, Sukolilo terdiri dari dua kata, Suko artinya bahagia dan Lilo artinya jujur.
Dengan harapan masyarakat Sukolilo senang, jujur, suka menolong dan senang memberi. Adapun sejarah nama Sukolilo belum diketahui secara pasti.
Selain itu, laman https://sukolilodesa.wordpress.com/ menceritakan kisah nama Sukolilo yang tidak terlepas dari legenda era Kerajaan Islam Mataram.
Situs tersebut menyebutkan nama Sukolilo berkaitan dengan legenda pertemuan Ki Ageng Ghiring dengan Ki Ageng Pemanahan yang diyakini hidup pada abad ke-15 dan ke-16.
Saat itu Ki Ageng Pemanahan sedang mencari putra sulungnya, Ki Ageng Ghiring, di daerah Sumbersoko. Sekembalinya ke rumah, Ki Ageng Ghiring tidak ada di rumah, dia sedang berada di sawah.
Ki Ageng Pemahanan diawasi oleh Nyai Ageng Gearing. Istri Ki Ageng Ghiring kemudian menyajikan degan atau air kelapa kepada tamunya.
Sesampainya di rumah, Ki Ageng Gearing langsung meminta air untuk diminum. Ki Ageng Ghiring marah kepada Nyai Ageng karena memberikan air kepada adiknya.
Tetapi jika Anda tahu bahwa yang minum adalah saudara muridnya, Anda bisa mengendalikan amarah Anda. Sai Kee Ageng Ghiring mengatakan ada nasehat untuk air kelapa muda.
Tip: Siapapun yang meminum air kelapa akan menggulingkan raja-raja di Jawa.
Dalam air kelapa yang diminum Ki Ageng Pemanahan, dikabarkan siapa pun yang meminum air kelapa tersebut akan terlahir sebagai raja di tanah Jawa. Artinya keturunan Ki Ageng Pemanahan, bukan keturunan Ki Ageng Ghiring yang akan menjadi raja.
Ki Ageng Giering pun meminta agar Ki Ageng Pemanahan mengizinkan keturunannya (Ki Ageng Giering) menjadi raja pada generasi ketiga.
Namun permintaan tersebut ditolak oleh adik Ki Ageng Ghiring dan membutuhkan waktu yang lama untuk berdiskusi hingga akhirnya tercapai kesepakatan bahwa suatu saat generasi ketujuh akan menjadi raja di tanah Jawa.
Saat pengunjung itu berpamitan, Ki Ageng Giering mengantar Ki Ageng Pemanahan menuju Tulang Tumenggung (persimpangan Sungai Sumber Lawang dan kedua muaranya).
“Di, aku bisa mengantar Adhi ke tempat ini (aku bisa mengantar Adhi ke sini),” kata Ki Ageng Gearing.
“Iya Kang, terima kasih atas kelakuan baikmu Kak Marang. Lelakon sing wis dak ake wingi-wingi, nyguh karo degan sing tak ombe banyune me yo aku tak paham sak sukolilamu aku dapat pengapuro. (Iya kakak, terima kasih atas nikmat yang telah engkau berikan kepadaku. Apa yang terjadi kemarin, air kelapa yang aku minum kemarin, aku tidak tahu sama sekali. Aku mohon maaf dan kejujuranmu,” kata Ki Ageng Pemanahan.
“Yo, dhi, podho-podho pengpurane (Iya kakak, mohon maaf dua-duanya,” kata Ki Ageng Ghiring.
Talang Tumenggung merupakan kesaksian dari perkataan Ki Ageng Giering dan Ki Ageng Pemanahan yang memunculkan nama “Sukolilo”.
Entah benar atau tidaknya pertemuan kedua pria tersebut, namun yang jelas keduanya sama-sama berpengaruh di masa lalu di Pulau Jawa.
Keturunan Raja Brawijaya V, Ki Ageng Pemanahan merupakan tokoh sejarah yang banyak melahirkan raja pada masa Mataram Islam.
Putra sulung Pemanahan, Sutavijaya atau Panembahan Senopati, membebaskan Kadipaten Mataram dari Pajang dan menjadikannya kerajaan sendiri sebelum keturunannya menjadi raja Mataram. Tidak ingin ada peringatan apa pun
Meski memiliki nama baik berdasarkan legenda tersebut, namun nama kabupaten Sukolilo menjadi sangat buruk di mata masyarakat Indonesia karena ulah sebagian warga di kawasan tersebut.
Bahkan Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfi menilai tak ingin kawasan itu disebut sebagai kampung maling.
Menurutnya, masih banyak warga yang taat hukum. “Saya tidak ingin dicantumkan sebagai desa bla-bla, komunitas bla-bla. Sebab di Sukolilo masih ada masyarakat yang taat hukum. “Masih banyak hal baik,” kata Ahmad Lutfi.
Kapolsek setempat menggambarkan Sukolilo sebagai kampung masyarakat yang ingin berbuat baik dan berkorban. Ia tak ingin mengulangi penerapan hukum yang berakhir dengan terbunuhnya korban.
“Saya harap tidak terjadi apa-apa seperti kemarin. Itu bisa terjadi dimana saja, kapan saja. “Kami tidak ingin Sukolilo seperti kemarin lagi,” ujarnya.