Laporan Koresponden Tribunnews, Choirul Arifin
TRBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menurut Laporan Perkembangan Air Dunia 2024 terbaru yang diterbitkan UNESCO pada Maret 2024, sekitar 2,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air minum.
Selain itu, hampir 3,5 miliar orang memiliki akses terbatas terhadap sanitasi yang aman.
Isu terkait air, mulai dari akses terhadap pasokan yang terbatas, menjadi salah satu topik menarik yang dibahas pada Konferensi Air Dunia ke-10 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 18 hingga 25 Mei 2024.
Dengan diadakannya acara ini, Ecolab mengajak dunia industri untuk meningkatkan kesadaran agar air yang telah digunakan dapat didaur ulang atau didaur ulang sehingga dapat digunakan kembali menjadi air bersih.
Dengan cara ini air tidak terbuang percuma dan diharapkan peluang memperoleh air semakin merata.
Direktur Utama Ecolab Evan Jayawiyanto mengatakan permasalahan air di Indonesia masih memiliki tantangan tersendiri.
Misalnya saja di perkotaan yang mempunyai akses terhadap air, masih belum dikelola dengan baik, terutama dari segi limbah cair atau air yang sudah dimanfaatkan.
“Bagaimana kita bisa bekerja sama untuk meningkatkan pengolahan air?” “Setelah air tawar digunakan, maka dapat digunakan kembali menjadi air tawar,” ujarnya di sela-sela Kongres Air Dunia ke-10, Selasa, 21 Mei 2024.
Sementara itu, di wilayah pinggiran, untuk meningkatkan akses terhadap air, salah satu caranya adalah dengan berinvestasi pada infrastruktur, terutama dalam bidang penyaringan, pengolahan dan penjernihan air agar bersih.
Evan menjelaskan Ecolab menggunakan sistem digital untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan air bersih di Indonesia guna membersihkan lingkungan dan mengurangi risiko kelangkaan air yang diperkirakan mencapai 56 persen pada tahun 2030, menurut studi Dunia. Institut Sumber Daya.
“Kami memberikan solusi layanan industri dengan memadukan teknologi dan inovasi digital untuk menjadikan air bersih,” kata Evan Jayawiyanto.
Perusahaan menawarkan inovasi digital untuk memantau berbagai parameter air bersih, termasuk tidak adanya bakteri.
Selain itu, perusahaan juga memiliki teknologi untuk menyaring dan mengolah air agar memenuhi kriteria air bersih yang direkomendasikan.
“Jadi kita bantu dengan pengawasan dari sisi digital. Kita bisa melihat air bersihnya, apakah kualitasnya cukup baik sebagai air bersih atau perlu perbaikan pada filtrasi, distilasi, reaksi kimia dan pengolahan air tersebut agar lebih baik. kualitasnya lebih baik,” kata Evan.