TRIBUNNEWS.COM – Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi di kota-kota tengah Israel, termasuk Tel Aviv, menuntut kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas, Selasa (3/8/2024).
Para pengunjuk rasa memblokir Begin Road di Tel Aviv, meneriakkan slogan-slogan termasuk tuntutan pengunduran diri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Siapapun yang meninggalkan mereka (sandera) harus membawa mereka kembali,” kata para pengunjuk rasa, merujuk pada Yediot Ahronot.
“Netanyahu telah meninggalkan kami dan tidak layak memerintah,” kata pengunjuk rasa lainnya.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pengembalian hidup warga Israel yang disandera Hamas.
“Kami ingin mereka hidup, bukan di peti mati.”
Pertempuran terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di Begin Street di Tel Aviv.
Dan polisi menangkap beberapa demonstran.
Sementara itu, demonstrasi besar lainnya terjadi di Rehovot, dekat Tel Aviv, di mana ribuan orang berkumpul untuk mendukung keluarga Nimrod Cohen, seorang tentara yang ditangkap di Jalur Gaza.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasannya.
Di Herzliya, ratusan orang berkumpul di dekat rumah Yuli Edelstein, ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Knesset.
Para pengunjuk rasa juga berkumpul di Simpang Susun Raanana di Rute 4, dan pengendara berhenti sebagai bentuk solidaritas.
Protes meningkat setelah tentara Israel mengumumkan pembunuhan enam tahanan Israel di Gaza.
Israel diketahui telah menyaksikan protes massal yang menuduh pemerintahan Netanyahu tidak mengembalikan sandera hidup-hidup berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan dengan faksi-faksi Palestina.
Menurut Israel, lebih dari 100 orang saat ini disandera oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.
AS, Qatar dan Mesir telah berusaha selama sebulan untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menjamin pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas, yakni menghentikan perang, lapor Anadolu Agency.
Hingga saat ini, Israel terus melakukan serangan brutal ke Gaza.
Lebih dari 40.800 warga Palestina tewas dalam serangan itu, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Dan menurut otoritas kesehatan setempat, sekitar 94.300 orang terluka.
Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan sebagian besar wilayah tersebut hancur, menyebabkan kekurangan makanan, air minum dan obat-obatan.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)