Data Pemerintahan Rentan Diretas, Jokowi Perintahkan Pemda Lakukan Pencadangan Berlapis

TRIBUNNEWS.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan pemerintah daerah (Pemda) untuk melakukan pencadangan data secara bertahap, tidak sekaligus.

Jokowi juga memerintahkan Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) atau gubernur untuk memimpin pemerintah daerah/kota dalam upaya tersebut.

Perintah itu disampaikannya pada Selasa (13/8/2024) saat memberikan pengarahan kepada 36 Pj Gubernur di Gedung Musyawarah Istana Garuda, Ibu Kota Kepulauan (IKN) Kalimantan Timur.

Soal data, saya instruksikan kepada pemerintah daerah untuk memberikan salinan lengkap data yang ada dari pemerintah daerah/kota. Kalau bisa, simpan datanya secara berlapis, kata Jokowi seperti dikutip Kompas.com.

Dengan menyimpan data tersebut, Jokowi berharap pemerintah pusat memiliki data cadangan jika diretas oleh pihak yang tidak diinginkan.

“Kalau satu diretas, masih ada dua atau tiga, ini sangat penting ke depan agar daerah/kota bisa diarahkan ke sana,” ujarnya.

Peretasan diketahui merajalela, bahkan di instansi pemerintah.

Salah satunya adalah peretasan Pusat Data Nasional 2 (PDNS2).

Peretas meminta uang dari pemerintah untuk mengembalikan data yang terkunci. Jokowi Perintahkan BPKP Kaji Ulang Aturan PDN

Diketahui, Presiden Jokowi mengeluarkan perintah kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) usai pelaku menjarah Pusat Data Nasional (PDN) pada 20 Juni lalu.

Menurut Ketua BPKP Muhammad Yusuf Ate, Jokowi meminta BPKP segera mengkaji ulang aturan PDN.

Apalagi dominasi PDN selama ini belum teruji.

“Kalau begitu kita pelajari, kita mau cek tata kelola PDN,” kata Ateh usai berdiskusi dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta soal peninjauan program PDN (28/6/2024).

Setelah menerima perintah tersebut, Ateh mengatakan pihaknya akan segera mendalami tata kelola dan keuangan PDN dalam pemeriksaan tersebut.

Audit sendiri diperlukan untuk mengidentifikasi potensi kesalahan pengelolaan dan dampak hilangnya data PDN.

“Saya tidak tahu dampaknya, saya tidak mempelajari orang-orangnya, kalau tidak belajar, kami tidak akan membicarakannya, kami tidak tahu (jumlah lembaga penelitian), dia hanya di pertemuan,” kata Ate.

Namun belum diketahui kapan audit tersebut selesai karena Ateh mengatakan, Jokowi belum menetapkan target tanggal audit tersebut.

Namun Ateh menegaskan, partainya akan secepatnya mematuhi perintah Jokowi.

“Semakin cepat, semakin baik,” jelas Ate.

(mg/Roby Danisalam) (Tribunnews.com/Rifqah) Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *