Hasiolan EP / Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ada apa dengan perempuan dalam dunia pendidikan di Indonesia?
Hetifah Safaifudian, wakil ketua komisi
Hal itu disampaikannya di Badan Standar, Kurikulum, dan Pengkajian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Riset dan Teknologi serta Perempuan Pendorong Perubahan DPP Pangasian Al-Hida. inspirasi, inovasi dan kolaborasi”. dunia pendidikan”
Orientasi teknis ini dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 21-22 Agustus 2024 di Hotel Sultan Jakarta.
Hal ini dibuktikan dengan indeks ketidaksetaraan gender Indonesia yang menempati peringkat 110 dari 170 negara (data UNDP 2023). Meskipun angka partisipasi perempuan lebih tinggi, namun angka penyerapan tenaga kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. “Hal ini dicontohkan dengan banyaknya mahasiswa di bidang STEM, namun ketika memasuki dunia kerja, 50 persen perempuan tidak tertarik pada bidang STEM karena adanya rasa dominasi laki-laki yang kuat,” – kata Hatifah.
Inspektur Pendidikan Najla Shihab mencatat bahwa ada kekurangan guru laki-laki di kelas bawah, sementara guru perempuan lebih banyak.
Hal ini dapat mengarah pada pengajaran di kelas yang lebih feminis
Meski demikian, Njela memuji Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sensitif gender dalam penyempurnaan buku pelajaran di sekolah.
“Sekarang kita tidak lagi bicara APM, kita perlu menaikkan level bagaimana implementasi hak agar lebih setara, bagaimana memberdayakan perempuan tanpa merusak peran lainnya,” jelas Nazila.
Rektor University of Jersey, Fasli Jalal, mengusulkan agar kebijakan kesetaraan gender dievaluasi. Penyebaran informasi untuk mendukung kebijakan gender dan kebijakan kesetaraan gender. dan mendukung perubahan kebijakan, fasilitas, dan praktik pembelajaran di kelas di tingkat sekolah untuk menjadikannya lingkungan belajar yang lebih ramah gender, aman, dan mendukung.
Lebih dari 100 perwakilan qari Al-Hidayah dari seluruh Indonesia mengikuti program tersebut.
Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan (BSKP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pada upacara pembukaan mengatakan, tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Saat ini Kurikulum Merdeka memiliki indikator kurikuler apakah guru sadar akan kesetaraan gender.
Jika guru mempunyai pemahaman seperti ini maka nilai evaluasi guru akan meningkat