TRIBUNNEWS.com – Jerman sedang menyiapkan rencana evakuasi massal bagi warganya di Timur Tengah.
Rencana ini mendapat perhatian karena meningkatnya konflik antara Israel dengan Iran dan Lebanon.
Mingguan Jerman Der Spiegel yang dikutip Anadolu Ajansi melaporkan rencana militer Jerman telah disiapkan Bundeswehr, setelah mendapat kabar bahwa Iran akan melancarkan serangan balas dendam ke Israel pada pekan ini.
Angkatan udara Jerman telah menyiapkan armada kecil pesawat angkut A400M yang cocok untuk mengangkut orang dari Beirut ke Siprus, tambah Spiegel, tanpa mengungkapkan sumbernya.
Laporan tersebut mengatakan para analis cukup yakin bahwa Hizbullah akan melancarkan serangan yang lebih besar terhadap Israel.
Saat penyerangan terjadi, pertumbuhan konflik diperkirakan tidak bisa dihentikan karena Israel pasti akan membalasnya.
Sebelumnya, pada 29 Juli 2024, Jerman meminta warganya di Lebanon segera meninggalkan negaranya karena ketegangan meningkat pasca penyerangan Majdal Shams.
“Kami sangat prihatin dengan situasi warga Jerman di Lebanon,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer di Jerman.
“Kami mendorong warga Jerman untuk meninggalkan Lebanon selagi ada waktu,” tambahnya.
Siprus diketahui sempat membahas evakuasi massal di Timur Tengah.
Pada Jumat (8/2/2024) Menteri Luar Negeri Siprus Constantinos Kombos mengungkapkan telah merekrut berbagai lembaga sebagai bagian dari rencana evakuasi.
Dikutip Al Awsat, Kombos mengungkapkan dirinya menjalin kontak dengan misi diplomatik negara-negara yang memilih beremigrasi melalui Siprus.
Kombos mengatakan ada “risiko serius” perluasan konflik lebih lanjut, yang berdampak pada seluruh negara.
Sekadar informasi, pada tahun 2023 Siprus akan menjadi negara ketiga bagi pengungsi Sudan dan Israel setelah pecahnya perang Israel-Hamas.
Negara kepulauan ini juga membantu mengevakuasi puluhan ribu warga Israel-Hizbullah pada konflik Israel-Hizbullah tahun 2006.
Sementara itu, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi regional di Timur Tengah, Presiden Iran Masoud Pezeshkian berkomentar.
Usulan itu disampaikan Pezeshkian dalam pertemuan dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergei Shoygu di Teheran, Senin (05-08-2024).
IRNA mengutip Pezeshkian yang membenarkan bahwa Iran hanya membalas Israel atas kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Shoygu mengatakan Israel berusaha meningkatkan ketegangan di Timur Tengah melalui pembunuhan Haniyah dan serangan di Jalur Gaza.
Pezeshkian menegaskan, Iran tidak pernah bermaksud meningkatkan ketegangan dan memicu perang di Timur Tengah.
Namun dia menekankan, “Israel pasti akan dihukum atas kejahatannya.” Israel dan AS tentang potensi eskalasi di Timur Tengah
Di sisi lain, militer Israel dan Amerika Serikat (AS) pada Senin membahas tanggapan terhadap ancaman di Timur Tengah.
Kedua negara juga melakukan penilaian situasional terhadap masalah keamanan di tengah ketegangan menyusul pembunuhan Haniyeh di Teheran.
Komandan Komando Pusat AS Michael Kurilla bertemu dengan kepala staf militer Israel Herzi Halevi di Tel Aviv, kata sebuah pernyataan militer Israel.
“Para komandan membahas situasi umum mengenai situasi keamanan dan isu-isu strategis, serta kesiapan bersama di kawasan, serta bagian dari respons terhadap ancaman di Timur Tengah,” kata pernyataan militer tersebut.
Militer Israel mengatakan akan terus “memperkuat hubungannya dengan angkatan bersenjata Amerika Serikat berdasarkan komitmennya untuk memperkuat stabilitas regional dan koordinasi antara kedua militer.”
Menurut informasi, Haniyeh tewas dalam serangan di Teheran, Rabu dini hari, saat dalam perjalanan menuju pelantikan presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Selain Haniyeh, komandan pengawalnya dan wakil Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, tewas dalam penyerangan tersebut.
Itu terjadi sehari setelah pelantikan Pezeshkian, yang juga merupakan penampilan terakhir Haniyeh sebelum kematiannya.
Jenazah Haniyeh dimakamkan di Qatar pada Jumat (08-08-2024).
Hamas dan Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, sementara Tel Aviv tidak membantah atau membenarkan tanggung jawab.
Israel sangat waspada terhadap potensi respons militer dari Iran dan sekutunya di Lebanon, Hizbullah, yang juga berjanji akan membalas setelah pembunuhan komandan senior Israel Fuad Shukr di Beirut pekan lalu.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)