Dalam Pertemuan Menteri ASEAN, Airlangga Serukan Penolakan Kebijakan Diskriminatif Negara Maju

Koresponden Tribun News Reza Dhani melaporkan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia mengimbau negara-negara ASEAN bereaksi tegas dan keras terhadap kebijakan sosial ekonomi internasional yang diskriminatif dan merugikan kepentingan masyarakat. 

Salah satunya adalah Kebijakan Deforestasi Uni Eropa atau EU Deforestation Regulation (EUDR).

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlang Hararto pada Pertemuan Tingkat Menteri Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AECC) ke-24 di Laos.

Erlanga menilai kebijakan EUDR berpotensi mengganggu produksi dan mengganggu perdagangan produk berbasis kayu, tanaman, dan perkebunan sehingga berdampak buruk bagi kepentingan nasional dan hajat hidup orang banyak, khususnya masyarakat Asia.

Dalam pernyataannya pada Kamis (10), Erlanga mengatakan: “Saya menyerukan kepada seluruh negara anggota ASEAN untuk bertindak bersatu dan proaktif melawan kebijakan keberlanjutan internasional yang diskriminatif seperti EUDR, karena berdampak negatif terhadap perekonomian dan masyarakat luas. berdampak pada kehidupan.” /10/2024).

Menurut Erlanga, ASEAN memerlukan tindakan bersama untuk memperkuat posisi strategisnya melalui dialog dengan pemangku kepentingan utama. 

Ia menyerukan agar agenda kebijakan keberlanjutan ASEAN lebih praktis dan mengajak seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.

Oleh karena itu, ASEAN harus mendekatkan diri satu sama lain, membangun kapasitas dan kapabilitas, memperkuat posisi strategis, dan melindungi kepentingan komunitas ASEAN melalui berbagai saluran dialog dengan mitra utama ASEAN. Bersikap proaktif.

Sebagai informasi, Indonesia menolak kebijakan EUDR karena penerapannya didasarkan pada data hutan yang tidak dihitung sesuai kondisi sebenarnya. 

Bersama Malaysia, Indonesia mengusulkan pembentukan satuan tugas bersama dengan UE mengenai pembagian data geospasial yang transparan sebagai dasar regulasi EUDR. 

Selain kedua negara tersebut, Amerika Serikat dan Jerman juga ikut menyampaikan protes.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *