Daftar Senior Hamas yang Berpeluang Gantikan Ismail Haniyeh, Ada Khaled Mashal Hingga Yahya Sinwar

Laporan reporter Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, TEHRAN – Beberapa pejabat senior Hamas mulai dicalonkan sebagai kandidat kuat pengganti pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, yang tewas terkena rudal saat berada di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7/2019). 2024)

Kematian Haniyeh menarik perhatian dunia karena pemimpin Hamas memainkan peran penting, karena Haniyeh adalah penghubung utama Hamas di Gaza dan dengan faksi-faksi Palestina lainnya.

Media pemerintah Iran mengatakan Haniya terbunuh setelah terkena rudal berpemandu udara. Penyerangan ini dilakukan sesaat setelah Haniya menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Massoud Pezeshkian.

Akibat penyerangan tersebut, Hanieh tewas pada pukul 02.00 bersama salah satu pengawalnya. Belum diketahui secara pasti di mana peluru tersebut ditembakkan. Namun banyak pihak yang meyakini serangan mematikan tersebut direncanakan oleh Israel.

Sejauh ini, pihak berwenang Iran bersama Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) tengah menyelidiki serangan roket mematikan yang menewaskan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di kediamannya di Teheran, Iran.

Sementara itu, jenazah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dikabarkan akan dimakamkan di Doha, ibu kota Qatar, pada Jumat. Pemakaman akan digelar usai pemakaman keluarga di Teheran pada Kamis (1/8/2024) pukul 08.00 waktu setempat.

Sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari Hamas mengenai siapa pengganti Haniyeh yang tewas di Teheran, namun beberapa nama mulai dispekulasikan untuk menggantikan Haniyeh sebagai pimpinan Hamas.

Mengutip beberapa sumber, berikut nama petinggi Hamas yang berpotensi menggantikan Ismail Haniyeh. Dua tokoh senior Hamas, Khaled Meshaal (kanan) dan mendiang Ismail Haniya, dibunuh Israel pada Rabu (31/7/2024). (haberni) Khaled Mesaal

Khaled Meshaal, mantan pemimpin politik Hamas dan salah satu pendiri Hamas, diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai Haniyeh.

Meshaal menjabat sebagai kepala biro politik Hamas sejak tahun 1996 hingga tahun 2017. Namun, pada tahun 2017, di akhir masa jabatannya, ia mengundurkan diri sebagai kepala biro politik dan digantikan oleh Ismail Haniyeh, menurut APNews.

Kiprah pria berusia 68 tahun itu di dunia politik membuat nama Meshaal menjadi calon pengganti Haniyeh. Terlebih lagi, masyarakat Palestina menganggap Mashal dan seluruh pemimpin Hamas sebagai pejuang kemerdekaan dari pendudukan Israel. Ketua sayap politik gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar (MAHMOUD HAMS/AFP) Yahya Sinwar

Yahya Sinwar adalah tokoh sayap kanan Hamas. Dia adalah pendiri dinas keamanan Hamas bernama Majd. Tak hanya itu, Yahya Sinwar juga bertugas menangani masalah keamanan dalam negeri, menyelidiki tersangka agen Israel, dan mengawasi pejabat intelijen dan badan keamanan Israel.

Perannya sangat berbahaya bagi Israel sehingga Sinwar dimasukkan dalam daftar hitam Amerika Serikat. Tak hanya itu, Sinwar juga sempat dijebloskan ke penjara Israel hingga kematiannya.

Namun dia dibebaskan dengan imbalan seorang tentara Israel yang telah ditawan oleh Hamas selama lebih dari lima tahun. Setelah dibebaskan, Sinuar kembali menjabat sebagai kepala kantor politik kelompok tersebut di Jalur Gaza. Khalil al-Hayya (Emmanuel DUNAND / AFP) Khalil al-Hayya

Perwira senior Hamas lainnya, Khalil Al Haya, yang juga tinggal di Qatar, dianggap sebagai pemimpin Hamas berikutnya yang menggantikan Haniya.

Al-Haya adalah kepala perunding Hamas dalam pembicaraan tidak langsung di Gaza dengan Israel. Al-Haya menjadi selebriti favorit Iran karena memiliki hubungan internasional yang penting dan positif dengan Qatar, Mesir, dan Turki. Mahmoud Zahar Mahmoud Zahar

Mahmoud Zahar dianggap sebagai salah satu pemimpin Hamas yang paling menonjol hingga tahun 2006, ketika ia membuat pernyataan kontroversial bahwa Israel telah melegalkan pembunuhan anak-anak Palestina.

Dengan menggunakan pendidikan dan pengalamannya, ia membantu mendirikan Palestine Medical Society dan menjadi pendiri Universitas Islam Gaza pada tahun 1978.

Selama Perang Gaza 2008-2009. al-Zahar menimbulkan banyak kontroversi karena dia melaporkan hal berikut: “Israel telah melegalkan pembunuhan anak-anaknya dengan membunuh anak-anak Palestina.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *