Cyberbullying Bentuk Perilaku Agresif untuk Mengintimidasi, Kenali Jenis-jenisnya 

TRIBUNNEWS.COM – Cyberbullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresif yang dilakukan berulang kali melalui media elektronik dengan tujuan mengintimidasi, mengancam, atau menghina seseorang. Tujuan utama cyberbullying adalah menyebabkan kerugian emosional, sosial, atau bahkan fisik pada korbannya. 

“Penindasan siber dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti berbagi informasi pribadi, penghinaan, ancaman, dan pelecehan. “Cyberbullying dapat memberikan dampak negatif bagi korbannya, mulai dari depresi, kecemasan, hingga gangguan tidur,” kata Syamsudin dari layanan dukungan CBT (computer-based testing) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau saat webinar literasi digital di bidang pendidikan. . segmen. Di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, pada Rabu (25 September 2024). 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) bersama Kanwil Kementerian Agama Kabupaten Riau menyelenggarakan diskusi daring dengan topik “Jenis-Jenis Cyberbullying di Dunia Maya” yang diikuti oleh siswa dan guru madrasah.

Syamsudin mengatakan cyberbullying memiliki banyak bentuk, mulai dari menyebarkan rumor hingga pelecehan seksual secara online. Lalu ada pencemaran nama baik, yaitu menyebarkan informasi palsu atau mencemarkan nama baik korban di media elektronik.

“Jenis kedua adalah ancaman yang mengancam korban secara verbal maupun non verbal melalui media elektronik. Pelecehan seksual, kekerasan seksual terhadap korban melalui pesan teks, gambar atau video, jelas Syamsudin dalam diskusi virtual yang dipimpin Moderator Nabila Amanda Putri.

Cyberbullying di dunia maya dapat menimbulkan konsekuensi yang luas dan serius, mulai dari gangguan emosional hingga dampak fisik. Gangguan emosional dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Kepercayaan diri dirusak dan korban mungkin kehilangan kepercayaan diri dan merasa terisolasi.

Paparan fisik dapat menyebabkan gangguan makan, penyakit fisik, dan bahkan bunuh diri. 

“Pencegahan dan pemberantasan cyberbullying dapat dilakukan secara bersama-sama oleh orang tua, guru dan masyarakat melalui edukasi, pelaporan, pencegahan dan dukungan,” jelas Syamsudin kepada siswa madrasah yang mengikuti diskusi melalui lihat kelompok (nobar). dari sekolah mereka sendiri.

Diskusi online di Kabupaten Indragiri Hilir kali ini adalah: MC Hizbul Watan Kemuning, MC Al Ikhlas, MC Nurul Iman, MC Nurul Huda Kotabaru, MCN 2 dan  MCN 3 Indragiri Hilir, MC Tarbiya Islamiya, MC SullaMC Ulum. Nurul Watan Pelangiran, MC Sabilal Mukhtadin Tembilahan, MC Al-Azkiya, MC TI dan MAN 1 Indragiri Hilir.

Senada dengan aktivis literasi digital Indonesia, Moh. Rouf Azizi mengatakan, cyberbullying tidak hanya dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan perangkat digital, namun juga dilakukan oleh seseorang yang dianggap kesulitan untuk menolak tindakan tersebut.

“Cyberbullying bisa berupa pengiriman pesan atau ancaman, menyamar atau menggunakan nama orang lain (mengancam dengan akun palsu), menyebarkan kebohongan, mengucilkan, mempermalukan seseorang dan orang lain,” jelas Moh. Ruf Aziz.

Waspadai kejahatan phishing

Sementara dari sisi keamanan digital, Direktur Program Sarjana Kewirausahaan Universitas Sidoarjo Ma’arif Hasima Latif Latif M. Adhi Prasnowo meminta pengguna digital mewaspadai ancaman phishing dan scam di ruang digital.

“Phishing adalah upaya memperoleh informasi mengenai informasi seseorang dengan menggunakan teknik phising. Sedangkan penipuan adalah penipuan melalui telepon, email, pesan, dan lain-lain, dengan tujuan bersama untuk mendapatkan keuntungan finansial dari korbannya,” jelas Adhi Prasnovo.

FYI: Webinar yang diselenggarakan di Kabupaten Indragiri Hilir ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD diterapkan sebagai upaya percepatan transformasi digital di bidang pendidikan kelompok masyarakat menuju #MakinCakapDigital Indonesia.  

Program ini telah diikuti oleh 24,6 juta orang sejak diluncurkan pada tahun 2017 hingga akhir tahun 2023. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2024.

Keterampilan digital menjadi penting karena menurut studi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), akan ada 221,5 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 dari total populasi 278,7 juta jiwa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *