TRIBUNNEWS.COM – Wakil Ketua Partai Gerindra Habiburakhman mengatakan niat baik calon presiden 2024, Prabowo Subianto, terkadang ditertawakan para pengamat politik.
Salah satunya adalah dengan membentuk klub presidensial bagi para pemimpin Indonesia sebelumnya.
Menurut Habiburakhman, warga negara yang baik harusnya optimistis karena adanya persatuan para pemimpin bangsa.
Apalagi ini demi kebahagiaan bangsa dan pemerintah Indonesia di masa depan.
Habiburakhman berharap masyarakat tidak dirugikan dengan keadaan yang terjadi.
Hal itu diungkapkan Habibur Rahman saat rapat di Kompleks MPR DPR, Senayan, Jakarta, Senin (6/5/2024).
“Saya kira kita semua harus optimis, agar kita tidak lupa mengatakan, ‘Nah, kamu tidak akan menemukan ini, kamu tidak akan menemukannya,’” terkadang seorang pengamat tertawa. ide juga.
“(Pengamat bilang) tidak mungkin Bu Mega bertemu dengan Pak SBY, tidak mungkin Bu Mega bertemu dengan Pak Jokowi,” kata Habiburakhman.
Terkait rencana tersebut, Habib Barakhman meminta para pendukung semua pihak tidak menjadi pemicu untuk menciptakan hambatan dalam mewujudkan niat baik tersebut.
Terutama mempererat hubungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Sukarnoputri.
Habib Barakhman berharap tensi politik ketiga tokoh tersebut bisa mereda bersama-sama.
Menurut Habiburakhman, seharusnya hubungan SBY dengan Jokowi dan Megawati diakhiri.
Langkah selanjutnya, Habiburakhman berharap ketiga orang tersebut bisa bersatu kembali dalam satu tujuan dengan memberikan masukan dan pendapat.
“Saya pikir kemarin, dinamika yang terjadi kemarin pasti terjadi, tapi sekarang dan ke depan kita utamakan persatuan dan utamakan semangat saling merangkul,” kata Habib Barakhman.
Dijelaskan Juru Bicara Prabhu, Dahnil Anzar Simanjuntak, Prabhu ingin membentuk klub presiden.
Pak Prabowo sudah berkali-kali mengatakan ingin duduk dan ngobrol panjang lebar dengan mantan presiden ke depan agar ada klub presiden, kata Dahnil, Senin (29/4/2024).
Daniel mengatakan melalui President’s Club, Prabowo ingin berbagi pengalaman presiden sebelumnya tentang bagaimana memimpin negara.
Prabowo juga ingin mendapat pendapat mengenai persiapan kabinet pemerintahan.
Dahnil mengatakan, Prabowo berkomitmen untuk melanjutkan pemerintahan, tidak hanya pemerintahan Jokowi, tapi juga SBY dan Megawati.
Lalu bagaimana jika hubungan tidak berjalan baik?
Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai, jika hubungan Mega dengan SBY dan Jokowi tidak baik, maka niat baik Prabowo membentuk klub presidensial akan sia-sia.
Menurut Ojang, hal itu justru membuat debat yang digelar di klub presiden tidak berjalan lancar.
“Kecelakaan adalah ketika kita tidak bertemu atau menjadi ‘musuh’, tidak bertemu dalam wadah yang sama dan tidak berbalik arah.
“Karena ada inkonsistensi dan permasalahan di hatinya sejak dulu hingga sekarang,” kata Ouzhang.
Meski niat baik Prabowo adalah membangun jembatan untuk memperbaiki hubungan para mantan pemimpin negara, lanjut Ujang.
Ojang, Minggu (5/5/2024) mengatakan: “Prabow mungkin ingin membuat saluran komunikasi antar mantan presiden, lalu sepertinya Prabowo ingin menjadi jembatan persatuan antara mantan presiden yang tidak akrab.”
Ojang pun menjelaskan, hubungan MW dengan SBY sempat renggang sejak 2004.
Perpecahan terjadi ketika SBY memutuskan mengundurkan diri sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan pada masa pemerintahan Megawati dan menjadi calon presiden pada Pilpres 2004.
Bahkan, di saat yang sama, Megawati juga akan ikut serta dalam pemilihan presiden.
Hubungan Megawati dan Jokowi diduga renggang setelah Gibran Rakaboming Raka menjadi wakil presiden Prabowo pada Pilpres 2024.
Sebab sejak 2004 hingga 2024, hubungan SBY sudah tidak akrab lagi (dengan MW).
Bahkan belakangan ini Megawati dan Jokowi punya masalah, jelas Ojang.
Artikel di WartaKotalive.com berjudul Pembentukan Klub Kepresidenan Gerindra: Semua Harus Optimis, Jangan Sampai Tersesat.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Yohanes Liestyo Poerwoto) (WartaKotalive.com/Sigit Nugroho)