TRIBUUNNEWS.COM – Contoh teks khutbah Jumat: Bagaimana menjaga kualitas ibadah setelah Ramadhan.
Topik khutbah Jumat pada artikel ini adalah tentang datangnya bulan Syawal 1445 Hijriah setelah Idul Fitri 2024.
Dalam khutbah Jumat singkat ini, kami akan menjelaskan bagaimana umat Islam dapat menjaga puasa sempurna setelah Ramadhan.
Khotib dapat menyampaikan motivasi untuk tetap semangat dan memperbaiki diri setelah Ramadhan 2024 berlalu.
Contoh teks khutbah Jum’at Zewal 2024 dapat dibaca pada saat Sholat Jumat Jumat 12 April 2024.
Perhatikan contoh khutbah Jumat berikut ini. Demikian menurut situs resmi Kementerian Agama. Khutbah Jumat: Bagaimana Menjaga Semangat Ibadah Setelah Ramadhan Khotbah kepada Tuhan dengan kerelaan hati Jimat jimat adalah jimat jimat. Pesan : Pesan : Pesan لّٰهَ وَلْتَنْظِرْ ن َقْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لَِدٍالاليرين ٰ Semoga Allah memberkatinya.
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang terus menerus melimpahkan rahmatnya kepada kita berkali-kali satu per satu. Termasuk keberkahan iman dan syukur. Agar kita bisa terus menikmati manisnya Islam. yang akan mengantarkan kita pada keselamatan di akhirat. Tidak ada kata lain yang bisa diucapkan kecuali kalimat itu. Alhamdulillahi Rabbil Alamin Dengan terus-menerus mengungkapkan rasa syukur Insya’Allah Karunia keberkahan yang dilimpahkan akan terus bertambah di sisi Allah SWT pada وَلَىِٕنْ كَفَرْتَمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu bersabda: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (kebaikanku) kepadamu. Tapi jika Anda menolak (Karunia-Ku) Sesungguhnya azab-Ku sangat berat.” (Surat Ibrahim: 7)
Rasa syukur yang kita ungkapkan harus selalu dirasakan dalam bentuk yang sebenarnya. Dengan memperkuat ketaqwaan kita kepada Allah SWT yaitu menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan rasa syukur dan keyakinan ini Kita akan selalu menjadi individu yang dilindungi dan dibimbing dalam mengarungi lautan kehidupan dunia. dan dapat terus memenuhi misi utama kehidupan di dunia Inilah ibadah kepada Allah SWT. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an, diringkas Sariya Towan 56: وَمَا کَلَق الجنَّ وacity
Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia. kecuali untuk beribadah kepadaku.”
Dalam perputaran waktu dan kehidupan sehari-hari umat Islam Ramadhan menjadi pendorong intensnya kegiatan ibadah yang diselenggarakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Frekuensi salat seperti puasa, salat, mengaji, sedekah, dan ibadah lainnya menjadi warna paling menonjol di bulan penuh berkah ini. Semangat ini sesuai dengan keagungan Ramadhan yang banyak keutamaan dan keberkahannya. Ramadhan merupakan bulan ‘pelatihan’ jasmani dan rohani bagi umat Islam agar selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya, Allah SWT.
Namun pertanyaannya adalah, bagaimana setelah Ramadhan? Mampukah kita menjaga kualitas dan kuantitas ibadah kita? Setelah Ramadhan, apakah kita akan kembali normal dengan shalat yang moderat? Apakah kita merasakan keimanan yang dihasilkan dari perintah berpuasa Ramadhan dalam diri kita? Tentu saja pertanyaan ini bisa kita jawab hanya sebagai sarana refleksi atau refleksi diri. Agar semangat beribadah kita tidak melorot setelah Ramadhan.
Oleh karena itu, pada kesempatan khutbah ini Rasulullah ingin mengajak kita semua untuk menengok kembali perjalanan ibadah kita selama Ramadhan untuk mendapatkan ilham dan inspirasi. Agar ibadah kita semakin meningkat setelah Ramadhan. Atau setidaknya sama halnya dengan Ramadhan – memandang masa lalu sebagai modal penting dalam menghadapi masa depan seperti Firman Tuhan:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Takut pada Allah Dan biarkan semua orang memperhatikan apa yang dia lakukan besok. (Akhirat) Takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat berhati-hati terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hazir: 18) Ma’aziril Muslimin, Rahimakumullah.
Semangat mereka untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah sangat mencerminkan hal tersebut. Dalam arti kata Syawal adalah bulan setelah Ramadhan dan merupakan waktu merayakan Idul Fitri.
Dari segi bahasa, kata Syawal (شَوَّالَ) berasal dari kata “sela” (شَالَ) yang berarti “irtafa’a” (اِرْتَفَعَ) yang berarti bertambah. Makna inilah yang patut menjadi inspirasi kita dalam menjaga grafik kualitas dan kuantitas salat pasca Ramadhan. Untuk melestarikan Diperlukan upaya yang serius. Termasuk penerapan prinsip 3 M: Muhasabah, Mujahadah dan Muraqabah.
Muhasabah merenungkan dirinya tentang proses ibadah di bulan Ramadhan. Refleksi ini dapat dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri: Apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan? Apakah kita sudah mempunyai niat yang benar ketika shalat di bulan Ramadhan? Apa yang membuat kita semangat sholat di bulan Ramadhan? Pernahkah kita melanggar kewajiban selama Ramadhan? Dan tentu saja, pertanyaan-pertanyaan renungan lainnya. Untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendorong kita untuk aktif dan mengembangkan diri guna mempengaruhi kualitas dan kuantitas salat pasca Ramadhan. Tentang pentingnya Muhasabah ini Nabi bersabda: نَفْسَهِ وَعَمِلَ لَدله َوْتِ, Jimat dari jimat, jimat dari jimat, jimat dari jimat Ayat-ayat dari ayat-ayat tersebut ditulis demi ayat-ayat.
Artinya: “Orang yang bijaksana (sukses) adalah orang yang mempertimbangkan (mengevaluasi) dirinya dan beramal shaleh untuk akhirat. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengamalkan keinginan dan khayalannya terhadap Allah SWT’ (Ajarn Tirmihi).
Berikutnya adalah Mujahadah. Hal ini harus disikapi secara serius dalam upaya menjaga tren positif ibadah selama Ramadhan. Di bulan Syawal ini Kita harus berusaha untuk terus menjaga kebiasaan positif selama Ramadhan. Pertempuran ini akan menghadapi banyak tantangan. Baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus memiliki komitmen yang kuat dan tulus agar kita dapat mengatasi hambatan dan tantangan yang dapat menghambat semangat beribadah kita.
Allah memberikan insentif kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berperang. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran, Surat Al-Ankabut, Ayat 69: َهِمْ سَبِلَنَاۗ وَاِنَّ اللَِّٰٰرلیمو سِنِيْنَ
Artinya: “Dan orang-orang yang memperjuangkan (Carilah kepuasan kami) Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Cara selanjutnya adalah Muqabah. yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Dengan muqabah ini Akan timbul kesadaran diri bahwa Allah SWT selalu mengawasi. serta menciptakan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah Allah. serta bersemangat dalam menjalankan segala perintah-Nya Sikap-sikap tersebut merupakan nilai-nilai yang melekat pada diri orang yang mengamalkan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan percaya pada hal-hal yang tidak kasat mata dan tidak terlihat oleh mata. Rasulullah bersabda bahwa dia telah melihat:
Artinya : “Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu telah melihat-Nya. Karena meskipun Anda tidak dapat melihat-Nya Namun Dia melihatmu…” (HR Bukhari)
Nilai-nilai syukur dengan melakukan muraqabah ini hendaknya selalu mengakar kuat di hati kita karena puasa Ramadhan adalah hakikat bersyukur. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 183: الصِّيَامَ كَمَا كَتِبَ عَلَى الَّذِيَِْ ِْْْْينو ْ Jimat dari jimat
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Puasa telah diwajibkan bagimu. Sebagaimana telah ditetapkan bagi orang-orang sebelum kamu. Supaya kalian bertakwa.” Maasiral Rahimakumullah Muslim
Demikianlah khotbah Jumat ini. Semoga kita dapat selalu menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita pasca Ramadhan dengan Muhasabah, Mujahadah dan Muraqabah. Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk mencapai misi ibadah ini. اission يّدِنَا مgon. وَعَلٰى اٰلِ. ْمترن َ َ َ النَّاسِ وَّسِيك Bagian Di Atas Bagian و maju. رية. َالْمَنْكَرِ.يَعِبْ لَعَلَّكِمْ تَذَكَّرَوْنَ. Allah الْعَظِيْمَ يَذْكَرْكِمْ كِمْ atau
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)