Contoh Studi Kasus PPG 500 Kata sebagai Referensi: Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi

TRIBUNNEWS.COM – Ini adalah contoh studi kasus pada Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai acuan 500 kata.

Guru peserta PPG diminta menulis studi kasus maksimal 500 kata berdasarkan pengalaman praktiknya di UKPPG.

Studi kasus PPG dimulai dengan 4 pertanyaan pengantar. Termasuk: Masalah apa yang Anda temui?

Guru dapat menggunakan contoh berikut sebagai referensi untuk membuat studi kasus PPG: Menerapkan Pembelajaran Diferensiasi.

Studi kasus PPG membutuhkan 500 kata untuk menjawab pertanyaan secara lengkap. 

Untuk lebih jelasnya berikut contoh studi kasus PPG 500 kata tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi sebagai referensi bagi guru. Contoh PPG studi kasus 500 kata: Menerapkan pembelajaran yang berbeda

Sebagai seorang guru, Anda pasti pernah menghadapi kesulitan dalam belajar. Tuliskan pengalaman Anda yang sesungguhnya (aktual) maksimal 500 kata, berkaitan dengan: Permasalahan apa yang Anda hadapi? Bagaimana cara Anda menyelesaikannya? Apa hasil dari usaha Anda? Pengalaman berharga apa yang dapat Anda peroleh saat memecahkan masalah ini? Contoh jawaban: 

1. Permasalahan yang saya hadapi sebagai seorang guru

Saya pernah mengalami kesulitan menerapkan pengajaran yang berbeda di kelas-kelas yang lebih rendah. Salah satu permasalahan utamanya adalah adanya perbedaan keterampilan yang signifikan antar siswa. 

Ada siswa yang memahami materi dengan sangat cepat, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama dan bimbingan yang lebih intensif. Selain itu, masih terdapat siswa yang pasif dan kurang mau berbicara atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, sehingga menyulitkan saya untuk mengeksplorasi ide dan pendapatnya.

2. Upaya saya untuk mengatasi ini: 

Untuk mengatasi masalah ini, saya telah melakukan beberapa upaya: Mengidentifikasi kebutuhan siswa

Saya melakukan penilaian awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan setiap orang. Hal ini membantu saya memahami siapa yang membutuhkan dukungan lebih intensif dan siapa yang dapat menghadapi lebih banyak tantangan. Pembinaan individu

Saya pribadi mendukung siswa yang pasif dan tidak mau berbicara. Saya menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong untuk membantu mereka mengungkapkan sebuah cerita atau ide. Misalnya, saya bertanya kepada mereka tentang pengalaman lucu dan bagaimana perasaan mereka saat itu. Perbedaan isi dan proses

Saya membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahamannya. Siswa yang membutuhkan bimbingan diberikan materi dan dukungan yang lebih intensif, sedangkan siswa yang lebih mampu diberikan tugas yang lebih menantang dan mandiri. Siswa yang mampu diberi tugas tambahan seperti membuat gambar yang berkaitan dengan pengalaman menarik tentang pembelajaran hari itu. Penggunaan media pendidikan

Saya menggunakan berbagai alat peraga seperti gambar, video dan alat peraga sederhana untuk menarik minat siswa dan membuat mereka memahami materi. Misalnya, saya meminta siswa menggambar sebelum menjelaskan secara lisan pengalaman menarik.

3. Hasil usaha saya

Hasil dari upaya ini sangat menggembirakan, para mahasiswa yang tadinya tidak aktif mulai meningkatkan partisipasi dan keberaniannya untuk bersuara. Mereka lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan gagasannya. 

Siswa yang membutuhkan bimbingan juga menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, siswa berbakat merasa lebih tertantang dan termotivasi dengan pekerjaan rumah tambahan.

4. Pengalaman berharga yang dapat saya petik

Pengalaman berharga yang saya peroleh dari penyelesaian masalah ini adalah pentingnya memahami kebutuhan individu setiap siswa dan memberikan dukungan yang tepat dalam setiap proses pembelajaran agar dapat menarik minat dan bakat siswa. Alternatif jawaban: 

1. Apakah saya mengalami masalah?

Permasalahan yang sering saya hadapi di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar adalah siswa tidak puas dengan pembelajaran saya. Karena tidak semua siswa memahami materi yang saya sampaikan. 

Hanya sebagian siswa yang mengikuti pembelajaran dengan baik dan memahami apa yang saya sampaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sementara nampaknya sebagian siswa mengalami kendala dalam pemahaman dan tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga mereka juga mengalami kendala dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Upaya saya untuk mengatasi ini:

Untuk mengatasi masalah yang saya hadapi, saya mulai mencari di internet tentang metode pembelajaran di kelas siswa dengan latar belakang kemampuan kognitif yang berbeda-beda. 

Saya akhirnya menemukan pembelajaran yang berbeda. Selanjutnya saya mencari diferensiasi pembelajaran di PMM, cara membuat modul pembelajaran diferensiasi, dan contoh modul pembelajaran diferensiasi.

Sebelum memperkenalkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, terlebih dahulu saya melakukan diagnosis awal untuk mengetahui keterampilan siswa, karakteristik belajar, dan kesiapan belajar. 

Setelah melakukan uji diagnostik, saya menyusun modul pembelajaran berdasarkan hasil uji diagnostik. Dalam pembelajaran saya membedakan antara isi, proses dan produk. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar seluruh siswa dengan profil dan kesiapan belajar yang berbeda-beda. 

Untuk membedakan antara konten dan proses, saya mengemas konten dan menyampaikan konten dalam berbagai format seperti presentasi teks dan audio visual. Dalam diferensiasi produk, siswa bebas memilih jenis tugas, baik rekaman audio note, video, atau bentuk lainnya.

Pada pembelajaran dengan Canva kali ini, saya membuat konten semenarik mungkin dan menggunakan media edukasi yang sesuai. Selain itu, saya juga mengintegrasikan pembelajaran sosial-emosional ke dalam pengajaran yang saya lakukan. Maksudnya adalah latihan konsentrasi dan icebreaking sebelum memulai pembelajaran yang dapat menghilangkan kebosanan siswa selama belajar sehingga dapat fokus belajar kembali.

3. Hasil usaha saya:

Hasil pendidikan yang saya terima cukup memuaskan. Saya melihat perubahan signifikan pada siswa. Nampaknya seluruh siswa lebih bersemangat berpartisipasi dalam pembelajaran dan aktif dalam kelompok maupun individu. 

Mereka tampak senang mengikuti kegiatan fokus dan ice breaker serta semakin semangat dalam belajar. Mereka juga lebih memahami materi karena pembelajaran dikemas sesuai dengan profil belajar dan kesiapan belajarnya sehingga pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan belajarnya. 

Hal ini terlihat jelas ketika mereka dapat berkinerja baik di LKPD sesuai minat dan kemampuannya masing-masing. Ada siswa yang merekam catatan audio, membuat video, dan ada pula yang tampil langsung di depan kelas. Mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran tertentu seperti memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris.

4. Pengalaman berharga yang dapat saya pelajari:

Dari pengalaman pembelajaran pemecahan masalah ini, saya dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana seorang guru harus merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam. 

Pembelajaran terdiferensiasi merupakan solusi yang tepat untuk mengelola pendidikan di kelas dengan kemampuan kognitif, profil pembelajaran, dan kesiapan belajar yang berbeda.

*) Disclaimer: Contoh studi kasus PPG 500 kata dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru peserta Daljob PPG di UKPPPG 2024.

(TribuneNews.com/Seri Gioliati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *