Cinta Mekar di Tengah Perang, Petugas IDF Wanita Jalin Hubungan dengan Pria Palestina di Ramallah
TRIBUNNEWS.COM – Perang yang menghebohkan dan semakin parah tampaknya tak mampu mematikan perasaan cinta yang tumbuh di hati perempuan Israel dan laki-laki Palestina.
Di Ramallah di Tepi Barat, seorang tentara wanita Israel (IDF) dikatakan terlibat perselingkuhan dengan seorang pria Palestina, sehingga mendorong tekad wanita tersebut untuk terus mengunjungi daerah tersebut, yang terlarang bagi warga Israel.
Dilaporkan tentara wanita yang bekerja di posisi penting di Kantor Umum IDF di kota Ramallah ditangkap Sabtu lalu.
Tentara wanita IDF ditangkap oleh polisi Otoritas Palestina dan diserahkan kepada tentara Israel demi keselamatannya.
Ramallah, yang terletak di Area A Samaria, adalah area terlarang bagi warga negara Israel berdasarkan hukum demi alasan keamanan.
Polisi Otoritas Palestina menahan wanita tersebut ke dalam tahanan polisi Israel, yang kemudian membebaskannya setelah mengakui bahwa dia melakukan kesalahan.
Pada hari yang sama, dia memasuki kota untuk kedua kalinya, tetapi ditangkap lagi.
Setelah penangkapan berulang kali, pasukan keamanan mengetahui bahwa dia adalah seorang prajurit di unit intelijen IDF yang bertugas di Divisi Keamanan Informasi, yang bertanggung jawab mencegah musuh mendapatkan dokumen rahasia.
Saat diinterogasi polisi militer IDF, tentara tersebut mula-mula mengaku pergi ke Ramallah untuk membeli narkoba sebelum mengaku menjalin hubungan rahasia dengan pria Palestina.
“Dia dibebaskan sekitar satu jam kemudian, kemudian tentara itu kembali ke Ramallah, di mana dia ditangkap lagi dan diserahkan kepada pasukan pendudukan Israel,” demikian laporan Khaberni yang dikutip Rabu (19/6/2024).
Laporan menyebutkan, tentara tersebut awalnya diselidiki karena dia sering datang dan tinggal di Ramallah.
Ia yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut mengaku awalnya hanya pergi ke Ramallah untuk mencoba membeli narkoba.
Namun penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa dia rupanya menjalin hubungan dengan seorang pria muda dari Ramallah.
Pemuda Palestina masuk dalam daftar yang dilarang memasuki Israel setelah 7 Oktober 2023, hari pecahnya perang Gaza setelah Hamas melancarkan serangan banjir Al Aqsa.
“Dia bertemu dengannya (pemuda Palestina) di Ramallah selama 9 bulan,” kata laporan itu.
Tentara tersebut ditahan selama tiga hari karena dicurigai melampaui wewenangnya hingga membahayakan keamanan negara dan dibebaskan kemarin dengan syarat terbatas sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut,” kata laporan itu.
Militer mengatakan bahwa meskipun tentara tersebut ditangkap dengan tuduhan serius “melanggar wewenang untuk merugikan keamanan negara”, dia dibebaskan sambil menunggu penyelidikan atas tindakannya.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penyelidikan awal mengungkapkan bahwa tentara tersebut tidak bermaksud membahayakan keamanan negara dengan mengencani P.A. penduduk
“Tentara itu bekerja sebagai juru tulis selama beberapa bulan. “Menyusul laporan tersebut, kini sedang diselidiki dan temuannya akan diteruskan ke Kantor Penasihat Militer setelah selesai,” kata pihak militer.
Tersangka diskors dari badan intelijen militer sambil menunggu penyelidikan kriminal. Pasukan pendudukan Israel menghancurkan infrastruktur jalan dan merusak serta menghancurkan properti Palestina di Tepi Barat. (khaberni) Memburuknya kondisi di Tepi Barat
Mengenai situasi di Tepi Barat, PBB memperingatkan bahwa situasi di sana “memburuk dengan cepat” karena jumlah korban tewas di Palestina lebih dari 500 orang.
Lebih dari 520 warga Palestina, termasuk lebih dari 130 anak-anak, telah dibunuh oleh tentara dan penjajah Israel di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk memperingatkan pada tanggal 18 Juni bahwa situasi di Tepi Barat yang diduduki “memburuk dengan cepat” menyusul meningkatnya kekerasan Israel baru-baru ini di wilayah tersebut.
“Situasi di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, semakin buruk,” kata Turk pada sesi pembukaan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, juga mengutuk “kematian dan penderitaan yang tidak masuk akal di Jalur Gaza.”
Kepala hak asasi manusia mencatat bahwa lebih dari 500 warga Palestina dan 23 warga Israel telah terbunuh di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Tepi Barat menimbulkan “kekhawatiran serius mengenai pembunuhan di luar hukum,” Turk memperingatkan.
Dia menambahkan bahwa dia “terganggu dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia internasional dan hukum kemanusiaan” di Gaza.
Kekerasan terhadap warga Palestina yang dilakukan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat secara dramatis sejak banjir Al-Aqsa dan dimulainya perang di Gaza pada bulan Oktober.
Sejak itu, lebih dari 528 warga Palestina – termasuk 133 anak-anak – telah dibunuh oleh tentara dan pemukim Israel.
Tiga warga Palestina terluka pada Senin malam ketika pemukim menyerang kota Dayr Dibwan, sebelah timur Ramallah, dan mulai melemparkan batu ke arah warga dan kendaraan.
Tentara Israel menutup pintu masuk kamp pengungsi Al-Fawwar dan Al-Arroub di kota Hebron semalaman, menggerebek rumah-rumah dan menangkap beberapa orang.
Israel terus melancarkan serangan kekerasan di kota-kota Tepi Barat dalam upaya untuk membasmi kelompok perlawanan yang bermarkas di sana, dan sering kali membunuh warga sipil dalam prosesnya.
Tentara Israel menembak dan membunuh seorang remaja Palestina berusia 16 tahun di kota Beit Furik di Tepi Barat yang diduduki, tenggara Nablus, pada 15 Juni.
Awal bulan ini, pasukan Israel membunuh dua belas orang di Tepi Barat yang diduduki dalam dua hari dalam serangan di wilayah Tubas, Ramallah dan Jenin.
Penembak jitu Israel menembak dan membunuh tujuh warga sipil Palestina di kamp pengungsi Jenin pada 21 Mei. Foto dan video dari serangan Israel baru-baru ini terhadap kota Jenin dan kamp-kampnya menunjukkan kehancuran yang luas.
(oln/khbrn/jns/*)