TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belakangan ini ramai perbincangan mengenai merek kulit berwarna biru yang dijual bebas di pasaran. Perawatan kulit merupakan suatu jenis produk yang diformulasikan khusus oleh dokter dengan resep tertentu kemudian dicampurkan di apotek dan diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhannya.
Namun, ada pula yang memperbanyak dan mendistribusikan produk tersebut ke masyarakat umum.
Lalu bagaimana reaksi pembeli kulit terhadap hal ini? Salah satu pekerja di Jakarta, Neneng (27), mengaku lebih mempercayai produk kulit yang dijual di pasaran dan sudah mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibandingkan yang diresepkan dokter. “Masalahnya kalau saya pakai obat dokter ke orang sekitar, langsung tambah parah. Tapi mungkin tergantung dokter yang Anda datangi,” ujarnya saat diwawancara Tribun di Jakarta, Rabu (15). /5/2024).
Karena situasi tersebut, Neneng mengaku lebih berhati-hati dalam menggunakan barang berbahan kulit. Apalagi akhir-akhir ini banyak orang yang memproduksi perawatan kulit, namun belum memiliki pengalaman di bidang dermatologi atau kecantikan.
Neneng mengaku sangat khawatir jika menggunakan produk yang bukan dari dokter dan ahli kecantikan. “Banyak orang yang punya barang berbahan kulit, tapi latar belakangnya tidak seperti yang lain,” imbuhnya.
Selain itu, Neneng mempunyai efek negatif jika diaplikasikan pada kulit. Semua bermula dari masalah fisik yang tak kunjung hilang. Di sinilah Neneng berjuang mencari skin yang tepat untuk kulitnya.
Berkali-kali wajah Neneng mengalami kulit kering dan merah karena kulit yang digunakan tidak cocok dengan kulitnya. “Saya pikir itu bagian dari proses dan akan membaik jika saya terus menggunakannya, tapi ternyata semakin parah, kulit saya iritasi,” ujarnya.
Tanpa disadari, Neneng mencoba produk yang ternyata tidak memiliki izin edar BPOM. Seringkali penggunaannya memberikan efek positif.
Namun setelah pemakaian dihentikan, masalah kulit semakin parah. “Saya pakai produk yang tidak ada BPOM. Kulit saya kelihatan bagus dan glowing, tapi setelah saya lepas malah tambah parah,” imbuhnya.
Sejak saat itu, ia menjadi lebih selektif dalam memilih dan membeli skin. Terakhir, Neneng berbagi tips memilih skin aman dari pengalamannya.
Pertama, jangan terintimidasi oleh produk diskon yang diiklankan di media sosial jika Anda tidak yakin dengan isinya. Konsumen harus berhati-hati jika produk perawatan kulit tersebut tidak terdaftar di BPOM atau direkomendasikan oleh dokter.
“Semua produk perawatan kulit non BPOM yang beredar di internet tanpa anjuran dokter semuanya masuk daftar hitam,” ujarnya.
Kedua, sebelum membeli ban, Anda perlu mengetahui jenis ban Anda. Ketiga, pelajari lebih lanjut atau baca lebih lanjut mengenai kandungan pada produk perawatan kulit yang Anda gunakan.
“Yang paling penting untuk tidak membuang-buang uang adalah produk kulit yang mahal belum tentu cocok dengan wajah kita. Kami menyukainya,” tutupnya.