Laporan jurnalis Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Transplantasi sel induk hematopoietik atau yang dikenal dengan transplantasi sel induk hematopoietik merupakan salah satu pengobatan alternatif untuk penyakit kanker.
Diketahui bahwa transplantasi sel induk hematopoietik dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu transplantasi autologous (sel induk dari tubuh pasien sendiri) dan transplantasi alogenik (sel induk dari donor).
Sel induk hematopoietik adalah prosedur medis yang bertujuan untuk menggantikan sel kanker di sumsum tulang dengan sel induk hematopoietik yang sehat.
DOKTER. Dokter. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, Dematologi dan Onkologi Medis (Kanker) dari MRCCC Siloam, mengatakan pengobatan transplantasi ini berisiko cukup tinggi dan hanya diberikan kepada pasien dengan penyakit tertentu dan pasien kanker darah.
“Prosedur ini tidak bisa dilakukan untuk mengobati kanker pankreas atau kanker payudara, sehingga ketika kami bertemu dengan pasien, kami melihat apakah mereka harus menjalani prosedur ini atau tidak. Jadi kita melihat penyakitnya,” kata Dr. Kos dalam seminar kesehatan bertajuk “Sumsum Tulang.” Transplant Talk dan Media Conference 2024 di MRCC Siloam Jakarta baru-baru ini.
Lokakarya ini juga merayakan keberhasilan MRCCC Siloam dalam menyediakan transplantasi sel induk kepada pasien kanker plasma.
Jika pengobatan berhasil, Anda bisa terbebas dari kanker dalam waktu 5-10 tahun dan untuk mencapai keberhasilan dengan prosedur ini, idealnya pasien berusia maksimal 65 tahun.
“Di luar negeri ada pasien berusia 70 tahun yang menjalani prosedur ini, namun di Indonesia usia idealnya adalah 65 tahun,” ujarnya.
Ia mengatakan, transplantasi sel induk memiliki risiko yang sangat tinggi, tim medis hanya berjanji memberikan proses terbaik, dan pasien mungkin akan merasakan suhu tinggi.
“Kami telah mampu melakukan transplantasi sel induk hematopoietik autologus pada kasus multiple myeloma atau kanker sel plasma darah,” katanya.
Direktur Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi Dr. Adityawati Ganggaiswari MARS mengatakan, selain membantu pasien dengan kriteria tertentu (kelayakan transplantasi) seperti multiple myeloma, transplantasi dapat dilakukan untuk mengobati kanker kelenjar getah bening (Lymphoma malignum) dan penyakit keganasan darah lainnya.
“Pengobatan ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan kemoterapi konvensional sebelumnya dan dapat memperpanjang masa remisi kanker,” ujarnya.
Ia mencatat, keberhasilan transplantasi sel induk hematopoietik memerlukan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter konsultan hematologi dan onkologi, dokter konsultan-ahli patologi klinis, dokter spesialis-ahli anatomi-konsultan hematologi, dan staf medis yang bekerja sama untuk kesembuhan pasien. .
“Juga fasilitas transplantasi sel induk hematopoietik dengan fasilitas khusus yaitu Immune Compromised Isolation Room (ICIR) atau Ruang Isolasi Tekanan Positif untuk perawatan pasien keganasan hematopoietik yang telah menjalani proses kemoterapi agresif. dimana daya tahan tubuh pasien melemah,” ujarnya.