Reporter Tribunnews.com Hasiolan Eko P Gultom melaporkan
TRIBUNNEWS.COM – Banyak aktor hebat dengan talenta hebat di dunia akting yang mendapat manfaat dari industri perfilman Indonesia.
Disebut hebat karena karakter yang diperankan dalam film terkadang mengejutkan penonton dan dikenali.
Tak sedikit dari mereka yang mampu memerankan karakter di luar bidangnya. Salah satu pemain tersebut adalah Ageng Kiwi.
Ageng Kiwi tidak hanya berakting di film drama dan sinetron, tapi juga di film laga.
Dalam film terbarunya, Ageng Kiwi berperan sebagai tokoh antagonis film horor klasik “Jin Khanis – Prabu Kian Santang The Movie”.
“Pemeran protagonis tidak punya tujuan kecuali antagonis. Peran kesatriaan ini bisa menghidupkan kembali cerita filmnya sehingga lebih menarik penontonnya, kata Aeng Kiwi saat ditemui wartawan di Studio Humaniora Kota Bekasi, Rabu (30/07/2024).
Film Jin Khanis akan tayang hari ini, Rabu (30/7/2024) di platform Bioskop Online.
Film ini diproduksi oleh Mesari Pictures dan JP Pictures serta Citrus Cinema bertindak sebagai distributor.
Dalam film yang disutradarai Pagar F. Nayoan ini, Ageng ditantang untuk memerankan seorang rentenir bernama Juragan Bawon. Selain Ageng Kiwi, film ini dibintangi oleh Yama Carlos, Alwi Assegaf, dan Yati Surachman.
“Dalam cerita filmnya, tanpa perlu mengembangkan karakter khusus, saya harus melakukan berbagai adegan berbahaya,” kata aktor yang juga pengurus Tukul Jalan-Jalan Perpuhan Rohani itu.
Pembentukan karakter, lanjut Ageng, merupakan salah satu tahapan penting bagi seorang pemain. Sebab, di sinilah aktor perlu memahami dan mendalami karakter yang diperankannya.
Agar pementasannya tidak terlalu artifisial dan lebih natural, kata mahasiswa Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu.
Akting, lanjut Ageng, merupakan salah satu pekerjaan yang paling banyak diminati di industri film. Meski begitu, menurut Ageng, bukan berarti mengkritik profesional atau bidang kerja lain di bidang produksi film.
“Para aktor mempunyai tanggung jawab lebih dalam menyampaikan pesan berdasarkan naskah. Oleh karena itu, casting tokoh merupakan tahapan penting dimana aktor mengetahui karakter yang akan diperankannya, kata Pakde Slamet dalam sinetron “Seleb” yang ditayangkan SCTV.
Dalam Film Kian Santang, Ageng Kiwi banyak memerankan adegan berbahaya. Terutama adegan perkelahiannya. Meski adegannya berbahaya, Ageng termasuk salah satu aktor yang tak mau digantikan aktris saat syuting.
Saya menolak untuk mengubah peran saya sebagai orang mesum di Jin Khanis. Saya memilih peran saya untuk lebih memahami karakternya. “Kalau aku memerankan peran sendirian, aku merasa puas di dalam,” tegas aktor yang pernah tampil di film Hantu Gudang Cibubur dan Santet Goyang Dangdut itu.
Soal antagonis, aktor yang juga menggarap legenda RCTI dan budaya unik Razor ini punya arah akting yang menjadi fokusnya. Dia secara terbuka mengagumi aktor Torro Margens, yang berspesialisasi dalam antagonis.
“Sebagai seorang aktor, Torro Margens hampir tidak pernah gagal memerankan tokoh antagonis. Menurut saya, dia harus menjadi karakter terbaik yang pernah ada di Indonesia. Saya menyukainya dan menginspirasi saya,” kata aktor sekaligus penyanyi tersebut.
Dia memuja Didi Kemp
Jika di dunia seni peran ada sosok Torro Margens yang punya kepiawaian, maka di dunia tarik suara Ageng Kiwi mengaku mengidolakan pelantun Campusar, Didi Kempot, yang memimpin.
“Mas Didi bukan tipe seniman yang cepat muncul dan menghilang. Ia selalu ada dengan karya-karyanya. “penyanyi.
Sebagai seniman, Ageng mengaku selalu berusaha untuk terus berkarya. Dan tekniknya sangat lengkap dalam tekniknya.
Ageng Kiwi selalu mempunyai kegiatan baru dan kreatif. Ia terus berupaya menemukan relasi yang terus menjadi bahan bakar lahirnya karyanya.
Aging telah bekerja sebagai penyanyi dan penulis lagu terkenal selama beberapa dekade. Selain itu, ia juga tampil dalam drama, film, reality show, grup musik dan banyak acara lainnya.
Beberapa musik Ageng Kiwi telah ditampilkan di album; Dangdut Jera (2002), Irama Cinta (2003), Cintaku Dag Dig Dug Pret (2004), Gamang (2005), Religi Campursari (2008), single lagu Hati Is Hati (2011) dan album kompilasi Dangdut yang fenomenal (2012).
Karya terbaru Ageng Kiwi antara lain “Allah Is Everything” (2022), diproduksi dan dinyanyikan oleh Aeng Kiwi sendiri. Lagu ini cocok dijadikan sebagai lagu ibadah di bulan Ramadhan.
Penyanyi populer Echal Gumilang dan AK Pro Group menugaskan aransemen musiknya. Label Produksi Indie dari AK Production dan TA PRO Music and Publishing.
Berikutnya lagu Campursari versi Jawa “Dik” (2023) karya Mas Waskito. Lalu lagu “Tak Lereni Wae” (2023) dan “Ngalah” (2024), keduanya karya penyanyi Madi Oetama.
Dalam sinetron produksi lainnya, Ageng Kiwi pernah membintangi sinetron “Si Cecep” (2008) produksi Multivision Plus dan tayang di SCTV. Sinetron religi ‘Ngantri Ke Surga’ bersama Wali Band (2018) tayang di RCTI dan sinetron ‘Rahmat Cinta’ produksi Cinemart tayang di RCTI. (/*)