Cegah Serangan Hama Tikus, Kementan Dorong Penyuluh Siapkan Rumah Burung Hantu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan langkah inovatif untuk meningkatkan produktivitas, salah satunya dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 

PHT telah mengalami perkembangan yang pesat hingga dapat diimplementasikan sebagai teknologi baru untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pengelolaan organisme pengganggu tanaman (PPO). 

Alat dan teknologi yang tersedia di bidang perlindungan tanaman terus berkembang, sehingga kami berharap para pekerja pertanian dan masyarakat pertanian dapat menyadari dan mengikuti perkembangan tersebut.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk selalu mendampingi para petani, termasuk para petani yang mendampingi ketika menghadapi permasalahan serangan hama.

“Pada tahun 2024, produksi padi tidak boleh terganggu oleh serangan hama atau perubahan iklim,” kata Menteri Pertanian Amran.

Plt Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi dari Ruang AOR Badan Penyuluhan Pertanian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDMP) pada Selasa (23/07/2024) pada acara Ngobrol Seru (Ngobras) Jilid 23 bertema “Burung Hantu Lawan Hama Tikus” ujarnya bahwa burung hantu dapat mendeteksi tikus dalam jarak 200 meter.

Misalnya, jika ada sekelompok tikus, burung hantu dapat mencari lusinan tikus. Jadi, dia tidak hanya mencakar beberapa ekor tikus saja, melainkan puluhan ekor tikus.

“Salah satu cara menghentikan serangan hama tikus adalah dengan membuat sarang burung hantu agar burung hantu nyaman tinggal di sana,” kata Dedi.

Jika dia hidup nyaman di sana, dia pasti akan berhenti disitu, dan jika dia berhenti, dia akan melakukan tugasnya dengan baik agar tikus-tikus itu mati.

Dedi menekankan, kita harus terus memerangi hama biologis tikus dengan menggunakan burung hantu predator.

“Oleh karena itu, saya harap saudara-saudara segera menyiapkan teknologi rumah burung hantu ini untuk para penyuluh di mana pun berada. Karena dengan itu semua tikus akan terkendali,” tegas Dedi.

Dalam kesempatan tersebut Ngobras memperkenalkan Dokter Spesialis Pengendalian Hama Tanaman (POPT) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Fakih Zakaria yang menjelaskan bahwa tikus merupakan salah satu hama utama padi di Indonesia. Bahkan, tingkat serangannya merupakan yang tertinggi kedua di antara hama padi lainnya. 

“Kumbang penggerek menyerang padi pada berbagai umur, mulai dari tanam hingga panen,” kata Fakih.

“Selain kemampuan reproduksi tikus yang tinggi dan masa pubertasnya yang cepat, tikus juga melahirkan hingga 3 kali dalam satu musim tanam padi dan melahirkan 1 pasang tikus dalam 1 tahun. Lebih dari 1.000 ekor tikus,” ungkap Fakih. 

Lebih lanjut Fakih menjelaskan, ukuran tikus sangat besar bagi hama tanaman pangan, dalam waktu singkat menimbulkan kerusakan besar, mobilitas dan kemampuan jelajahnya besar, mampu berenang dan memanjat.

“Pemanfaatan burung hantu sebagai rodentisida didasarkan pada ciri-cirinya, sebagian besar burung hantu bersifat nokturnal artinya merupakan hewan nokturnal yang memakan mamalia kecil, serangga, ikan, dan jenis burung lainnya,” jelas Fakih.

Seperti yang Anda ketahui, ada lebih dari 225 spesies burung hantu yang tersebar di berbagai negara di dunia. Sementara itu, terdapat 4 jenis burung hantu di Indonesia yang mudah ditemukan di alam liar. 

“Burung hantu adalah predator hama tikus yang efektif,” kata Fakih.

Mendirikan rumah burung hantu atau burung hantu merupakan salah satu upaya penyelamatan burung hantu, dimana 1 ekor burung hantu melindungi 5 ha sawah dari serangan tikus. Pengendalian burung hantu merupakan salah satu cara untuk mengendalikan populasi hama tikus agar tetap berada di bawah ambang batas pengendalian.

Terakhir, Fakih menyampaikan efektivitas penggunaan kuku atau rubuha akan optimal jika disinergikan dengan alat pengelolaan lain seperti gropyokan, sanitasi lahan, pengomposan, dan lain-lain. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *