Cegah Manipulasi Harga, Aplikasi Ride Hailing Ini Bebaskan Driver dan Penumpang Tentukan Tarif

Laporan reporter Tribunenews.com Choirul Arifin

Tribun News.com, Jakarta – Perusahaan jasa perjalanan inDrive mengungkapkan tidak menggunakan algoritma dalam aplikasinya untuk menentukan biaya perjalanan dari suatu tujuan kepada pengguna aplikasi.

Aplikasi ini memungkinkan penumpang dan pengemudi untuk menentukan tarif yang diinginkan.

“InDrive lahir di kota Yakutsk di Siberia, Rusia, dan kemudian tumbuh menjadi perusahaan perjalanan yang berkembang di 46 negara. Yang istimewa dari aplikasi ini adalah tidak ada tarif tetap. Mereka bisa menjadi konsumen atau calon pengguna transportasi. Berikan harga/tarif kepada pengemudi untuk perjalanannya melalui program ini,” kata Humas inDrive Indonesia. Sutradara Wahu Ramadan baru-baru ini berbicara di sela-sela pemutaran film dokumenter inDrive di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Wahyu menjelaskan, dalam aplikasi ini, penumpang bisa bebas memilih pengemudi yang ingin diajak bepergian dan tidak ditentukan oleh algoritma aplikasi.

“Di InDrive, tidak ada kemungkinan untuk mengoptimalkan harga dengan algoritma program, misalnya saat memesan mobil di jam sibuk. Di program serupa, biasanya harganya bisa 2 kali lebih mahal atau lebih tinggi, karena kendali tarif tetap di tangan penumpang dan pengemudi,” jelas Wahyu.

“Kami tidak bersaing dalam hal harga di mana pun di negara tempat kami beroperasi. Kami juga tidak berusaha bersaing dengan pesaing mana pun karena kami berusaha menyediakan produk berkualitas berdasarkan permintaan pasar,” kata Wahew.

Diakuinya, kompetitor yang sesumbar saat ini menawarkan harga murah. Namun menurutnya, hal tersebut tidak bersaing langsung dengan bisnis inDrive di Indonesia.

Menurut Wahoo, jaringan mengemudi inDrive saat ini tersebar di 70 kota di Indonesia, termasuk 5 pulau termasuk Jawa dan Sumatera.

“Kota pertama tempat kami bekerja adalah Medan, dan kini telah bertambah ratusan ribu pengemudi aktif,” kata Wahew.

Ia menambahkan, pihaknya hanya mengenakan komisi sebesar 10,55 persen kepada pengemudi. “Ini terendah dibandingkan layanan transportasi lainnya,” ujarnya.

Menurut Wahoo, pihaknya sengaja membebankan komisi rendah kepada pengemudi Nissan agar bisa meraup pendapatan lebih banyak.

Menurut Wahyu, operasional inDrive di seluruh dunia meliputi city tour, ojek online, angkutan kargo, dan jasa kurir.

“Kami memiliki sejumlah layanan di dunia yang belum kami tawarkan di Indonesia. Kami akan menawarkan layanan lintas negara dalam waktu dekat.”

InDrive lahir di Yakutsk, Rusia, kota kecil terdingin di dunia. Ide untuk mendirikan aplikasi ini dipicu oleh kenaikan tajam tarif taksi, yang diduga merupakan upaya penetapan harga.

Program ini didirikan oleh Arson Tomsky dan beberapa temannya yang tertarik untuk saling membantu kebutuhan transportasi masyarakat.

Ketika ada yang menulis di grup chat bahwa ada kendaraan yang hilang entah kemana, ada pemilik mobil yang merespon dan menawarkan harga ongkos kirim, dan yang membutuhkan bisa menawar harga yang ditawarkan.

Program ini tumbuh seiring dengan pertumbuhan komunitas pengguna, dan kemudian layanan ini meluas ke kota-kota lain di Rusia.

Ekspansi pertama InDrive dibuka di Kazakhstan dan kemudian diperluas ke negara-negara Amerika Selatan, dimulai dengan Saltillo, dan berkembang ke Asia Tengah dan Asia Tenggara.

“InDrive fokus menggarap pasar negara-negara berkembang. Saat ini, InDrive mendominasi pasar transportasi elektronik di kota-kota Amerika Selatan seperti Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan lainnya,” kata Pavit Nanda Anand – Pemimpin Komunikasi APAC, inDrive.

Secara total, layanan ini tersedia di 700 kota di 46 negara.

Film dokumenter inDrive yang ditayangkan kepada media menceritakan kisah perjuangan Arson Tomsky dan teman-temannya untuk menemukan inDrive. Film ini bercerita tentang pengalaman inDrive beroperasi di pasar New York Amerika Serikat, namun kegagalannya menyebabkan perusahaan tersebut meninggalkan kota tersebut.

“Film ini dimaksudkan untuk menginspirasi masyarakat untuk mengubah hidup mereka dan menjadi lebih sejahtera.” kata Pavit Nanda Anand.

Produksi film dokumenter ini melibatkan sineas Indonesia Mahatma Putra, dan proses syutingnya berlangsung selama beberapa hari pada tahun 2023, bersama Kang Itam, seorang tukang ojek inDrive yang berdomisili di Bogor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *