Catatan Makan Bergizi Gratis, Praktisi Kesehatan:Sulit Harapkan Kecukupan Kalori Dari Menu Rp10 Ribu

Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaksanakan untuk memenuhi janji Presiden Prabowo Subianto.

Program pemberian makanan sehat kepada siswa SD dan SMP ini dimulai Senin (6/1/2025) lalu.

Terkait realisasi proyek tersebut, dokter Ngabila Salama meninggalkan beberapa catatan yang patut mendapat perhatian. 

Yang pertama adalah mendapatkan cukup kalori dan nutrisi dari menu makanan yang disajikan. 

“Sulit memperkirakan kecukupan kalori dan gizi menu 10 ribu, dan itu perlu dipastikan. 

Selain itu, perlu diingat bahwa konsep menu yang digunakan sesuai dengan isi baki saya.

Setengah piring buah dan sayuran. Setengah dari lauk pauknya kaya akan protein hewani dan karbohidrat. 

Karena anak-anak membutuhkan hormon untuk tumbuh kembangnya, maka protein hewani sangatlah penting.

Kedua, pemasok makanan harus memiliki sertifikat kebersihan yang dikeluarkan oleh puskesmas setempat untuk mencegah penyakit atau keracunan makanan.  Susu tidak masuk dalam menu siswa program MBG (Makanan Bergizi Gratis) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur.  (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)

Sebaiknya tidak menggunakan plastik atau kertas. 

“Lebih baik menggunakan alat makan yang dapat digunakan kembali, sehingga anggarannya lebih tinggi untuk lauk protein hewani,” ujarnya. 

Ketiga, agenda ini harus didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Proyek ini juga harus fokus pada evaluasi terus-menerus dan koherensi jadwal program dalam cakupan wilayah kecil (kecamatan).

Pada saat yang sama, Anda dapat berbicara dengan ahli gizi.  Susu tidak masuk dalam menu siswa program MBG (Makanan Bergizi Gratis) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur.  (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)

Di sisi lain, Ngabila juga menyinggung kekurangan susu pada program pemberian makan gratis ini. 

Menurutnya, saat ini Indonesia tidak lagi menggunakan angka 4 untuk kesehatan yang baik, angka 5 untuk desain yang baik, dan produk susu yang UPF (tidak alami).

Ada sebagian masyarakat Indonesia yang alergi terhadap protein susu sapi. Jadi kamu tidak bisa makan susu.

“Jadi secara pribadi, daripada susu, lebih baik perbanyak penambahan protein hewani (sumber pangan alami yang bukan UPF/pangan ultraolahan),” imbuhnya. 

Pada akhirnya, Ngabila melihat program pangan gratis ini sebagai salah satu cara untuk menciptakan generasi yang sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu kita berharap dapat mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030 dan Indonesia emas pada tahun 2045.

“Dengan menciptakan budaya makan sehat dan bergizi setiap hari akan menjadi teladan untuk digunakan di rumah dan dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *